Waspada! Timbel Ganggu Pertumbuhan Anak
FTNews - Timbel merupakan bahan kimia yang banyak ditemui sehari-hari. Bahan kimia dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Bahan kimia ini dapat masuk ke dalam tubuh anak melalui dua jalur, yaitu dihirup (inhalasi) dan dimakan (ingesti). Dampaknya, dapat terjadi anemia pada anak.
Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Dewi Yunia Fitriani mengatakan, sekitar 80 persen anak memiliki kadar timbel darah (KTD) lebih dari 5 mikrogram per desiliter (mcg/dL). Kondisi ini ia ungkapkan dalam diskusi “Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan" di Jakarta, baru-baru ini.
"Kalau kita lihat dari ambang batas kadar timbel darah yang WHO tetapkan, di mana tidak boleh lebih dari 5 mikrogram desiliter. Di sini, yang lebih dari 5 banyak sekali," ujarnya.
Baca Juga: Terungkap, Ini Efek Dehidrasi Bagi Tubuh yang Jarang Diketahui
Dewi memaparkan temuan itu berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 564 anak di Pulau Jawa. Populasinya diambil dari lima daerah, yaitu Desa Kadu Jaya (Kabupaten Tangerang), Desa Cinangka dan Desa Cinangneng (Kabupaten Bogor), Desa Pesarean (Kabupaten Tegal), serta Desa Dupak (Kota Surabaya).
Urgensi penelitian ini menyasar anak-anak karena penyerapan timbel jauh lebih tinggi daripada orang dewasa. Penelitian berlangsung selama Mei-Agustus 2023.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi timbel pada anak sebagai berikut:
Baca Juga: Mengenal Kato Nan Ampek, Landasan Bahasa Minang
- KTD hingga 3,5 mcg/dL sebanyak 23 anak (4 persen)Â
- KTD 3,5-5 mcg/dL sebanyak 41 anak (7 persen)Â
- KTD 5-10 mcg/dL sebanyak 158 anak (28 persen)Â
- KTD 10-20 mcg/dL sebanyak 197 anak (35 persen)Â
- KTD 20-45 mcg/dL sebanyak 126 anak (22 persen)Â
- KTD 45-65 mcg/dL sebanyak 10 anak (2 persen)
- KTD lebih dari 65 mcg/dL ada sebanyak 9 anak (2 persen)
Dampak Paparan Timbel pada Anak
Pada kesempatan yang sama dokter spesialis anak Ari Prayogo mengatakan bahwa anemia pada anak-anak sangat berbahaya. Dampaknya, anak akan kekurangan sel darah merah atau hemoglobin. Sel darah merah sendiri berfungsi mendistribusikan nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh.Â
"Jika tidak ada yang mendistribusikan bahan-bahan itu ke sel-sel tubuh, maka sel-sel tubuh tidak akan berfungsi dengan baik," ujarnya.
Bila kekurangan hemoglobin, pertumbuhan anak pasti tidak optimal. WHO menetapkan KTD yang lebih dari 45 mcg/dL sudah harus mendapatkan terapi khusus.
Dr. Ari menjelaskan bahwa timbel dapat masuk dalam tubuh akan melalui dua cara, yaitu hirup dan makan. Paling sering terjadi masuk lewat mulut. Penyebabnya, anak usia balita sering kali memasukkan tangan dalam mulut.
Pada jangka pendek, timbel yang akan mengganggu fungsi sel darah merah. Sementara, untuk jangka panjang efeknya dapat menginfeksi sumsum tulang belakang.