Water Birth, Metode Melahirkan yang Digunakan oleh Nikita Willy
Kesehatan

Sebuah teknik baru dalam melahirkan ramai dibicarakan. Apalagi, baru-baru ini seorang aktris Indonesia, Nikita Willy diketahui melahirkan anak keduanya dengan metode melahirkan baru ini yaitu water birth.
Water birth adalah sebuah metode melahirkan di dalam air yang dipercaya mampu mengurangi rasa sakit pada ibu hamil. Teknik ini cukup unik, sesuai namanya water birth di mana seorang ibu diletakkan di dalam bak berisi air. Nantinya, ia akan melakukan proses melahirkan di dalam bak tersebut.
Baca Juga: Irit Ngomong Usai jadi Korban Pinjam Uang Fico Fachriza, Atta Halilintar: Nggak Enak Ngomongnya
Sebenarnya, metode melahirkan water birth bukanlah sebuah metode yang baru. Dilansir dari Women and Birth, Jumat (20/12), sebuah penelitian mengatakan metode water birth telah muncul pada tahun 1983. Catatan lain bahkan menuliskan bahwa water birth pertama kali diterapkan di Prancis pada tahun 1803.
Baca Juga: Nikita Willy Jadi Korban Fico Fachriza Usai Transfer Rp 28 Juta
Di beberapa negara yang memiliki fasilitas penunjang, water birth menjadi alternatif teknik untuk melahirkan bagi para ibu hamil. Terutama bagi mereka yang memiliki tingkat risiko rendah terhadap proses persalinan. Pasalnya, teknik ini dipercaya memiliki banyak manfaat, khususnya yang berkaitan dengan relaksasi.
Karena itu, water birth juga bisa disebut sebagai hidroterapi yang berarti sebuah terapi yang digunakan untuk meredakan berbagai gejala pada tubuh.
Hidroterapi ini dilakukan selama satu sampai 2,5 jam. Sama halnya seperti waktu yang digunakan bila menggunakan metode persalinan secara normal.
Perbedaan teknik ini dengan persalinan biasa atau yang disebut dengan vaginal birth adalah, water birth dipercaya dapat memberikan kenyamanan dan lebih mampu meminimalisir rasa sakit.
Dalam water birth, air yang digunakan harus memiliki suhu konstan yaitu antara 36 sampai 38 derajat celcius. Pasalnya, suhu itu merupakan kisaran suhu tubuh normal yang dimiliki manusia. Jika suhu terlalu tinggi atau di atas 38 derajat celcius, maka akan meningkatkan suhu inti tubuh ibu yang juga berpotensi membuat jantung bayi berdetak lebih cepat.
Air di dalam bak yang digunakan dengan metode persalinan water birth biasanya diisi setinggi dada sang ibu. Hal ini dalam rangka menciptakan rasa nyaman bagi sang ibu. Dengan volume seperti itu, air juga memiliki kekuatan daya apung yang membuat sang ibu berada di posisi mengambang, sehingga memberikan ibu kebebasan untuk bergerak.
Ketika bayi telah lahir, bayi tersebut akan segera diangkat ke permukaan dengan lembut. Kemudian, si bayi diletakkan di dada ibu sebagai bagian dari imbauan WHO dan UNICEF untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Diskursus mengenai keamanan water birth masih menjadi topik penelitian sampai saat ini. Teknik water birth dipercaya mampu memberikan dampak baik kepada ibu. Namun, teknik ini juga masih memiliki risiko terhadap bayi.
Misalnya, infeksi pada bayi karena tidak sengaja menelan air yang terkontaminasi kotoran sang ibu. Namun, hal yang perlu diketahui adalah bahwa dalam beberapa hasil penelitian mengungkapkan, prosedur penerapan water birth sangat ketat.
Misalnya, sang ibu dianjurkan meninggalkan bak mandi untuk buang air kecil secara teratur. Bahkan, ketika bak mandi menjadi sangat terkontaminasi dengan urin atau feses, sang ibu perlu keluar dari bak mandi untuk sementara waktu, agar air dalam bak bisa diisi ulang.
Ibu yang akan memasuki proses persalinan bebas keluar masuk bak. Pasalnya, sang ibu tetap berada dalam pantauan petugas medis profesional.
Dalam proses ini, dokter akan selalu melakukan pengecekan secara berkala terkait denyut jantung janin, Profilaksis streptokokus Group B (GBS), hingga akses intravena.
Sang ibu akan diminta untuk meninggalkan bak hidroterapi jika terdapat kelainan denyut jantung janin, indikasi infeksi ibu seperti dehidrasi, peningkatan suhu dan denyut nadi, pendarahan berlebihan atau air yang terlalu kotor.
Kemudian, sang ibu dapat masuk kembali ke bak jika bidan menentukan bahwa kondisi persalinannya memenuhi kriteria kelayakan.
Walau begitu, teknik ini lagi-lagi masih menjadi diskursus panjang. Khususnya terkait klaim manfaat bagi sang ibu dan risiko yang akan menimpa bayi.
Hal yang paling penting adalah selalu berkonsultasi mengenai kehamilan kepada dokter agar diketahui manfaat dan risiko setiap keputusan yang diambil agar tidak salah langkah.