1 Desember, Hari Jadi Kota Sawahlunto Sumatera Barat
Nasional

Sawahlunto sendiri resmi berdiri pada 1 Desember 1888. Kota ini berada di 95 km sebelah timur laut Kota Padang dan dikelilingi tiga kabupaten di Sumatera Barat: Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Sijunjung.
Kota Sawahlunto luanya 273,45 km², terdiri dari empat kecamatan dan punya penduduk lebih dari 66.962 jiwa (2021).
Di era kolonial Hindia Belanda, Kota Sawahlunto dikenal kota tambang batu bara. Dulu, Kota Sawalunto sempat mati ketika industry tambang batu bara dihentikan.
Baca Juga: 482 TPS di Sumbar Tak Terhubung Internet di Pilkada 2024, Berikut Rinciannya
Kota Sawalunto pun menjelma jadi kota wisata tua dengan penduduk dari berbagai etnik yang tinggal di sana.
Wajar jika Kota Sawahlunto meninggalkan banyak jejak bangunan khas kolonial sehingga menjadikannya destinasi wisata Kota Tua yang menarik.
Pemerintah setempat juga mengkampanyekan wisata bertajuk Kota Wisata Tambang yang Berbudaya untuk Sawahlunto.
Baca Juga: Update Longsor Tambang Ilegal Solok: BNPB Koreksi Data, 12 Meninggal, 2 Hilang dan 11 Selamat
Sejarah Kota Sawahlunto
Sejarah Kota Sawahlunto tak lepas dari jejak penelitian yang awalnya dilakukan geolog asal Belanda Ir. C. De Groot van Embden di tahun 1859 di Minangkabau (dulu bernama Dataran Tinggi Padang), yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Selanjutnya, giliran Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867 yang melakukan penelitan.
De Greve melahirkan penelitian bahwa ada 200 juta ton batu bara di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai yang ada di Sawahlunto.
Kemudian, penelitian itu disampaikan ke Batavia di tahun 1870. Pemerintah kolonial Hindia Belanda melanjutkan hasil penelitian dengan membangun infrastruktur untuk eksploitasi batu bara di Sawahlunto.
Pada 1 Desember 1988, Sawahlunto ditetapkan sebagai kota hingga akhirnya di tanggal tersebut menjadi Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Tambang batu bara di Kota Sawahlunto dimulai sejak tahun 1892. Seiring dengan waktu, Kota Sawahlunto menjadi kota kecil untuk tempat tinggal pekerja tambang.
Sampai tahun 1898, industry tambang batu bara di Kota Sawahlunto masih mengandalkan kerja paksa narapidana dengan upah sangat murah.
Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api ke Kota Padang mulai tahun 1889 untuk mengirim batu bara keluar dari Kota Sawahlunto.
Jalur kereta api mencapai Kota Sawahlunto di tahun 1894. Konon, produksi batu bara di Kota Sawahlunto hingga ratusan ribu ton per tahun.