20 Tahun Berkarir di Industri Hiburan, Ini Cara Reza Rahadian Hadapi Haters

20 tahun berkarir di industri hiburan, Reza Rahadian kini dikenal sebagai aktor papan atas Indonesia. Namun untuk mencapai posisi seperti sekarang tentu tidak mudah. Banyak usaha dan tantangan yang harus dilewatinya. Tidak hanya mendapat pujian, ia pun sering mendapat kritik atau komentar negatif tentang dirinya.

Jika di awal-awal karirnya dulu ia menanggapi kritikan secara personal, kini dirinya lebih terbuka menerima sebuah kritikan. Begitu juga dengan berbagai komentar dari haters. Hal tersebut sudah tidak lagi mengganggu pikirannya tapi dijadikan sebuah introspeksi diri.

Cara Reza Rahadian Menghadapi Haters (instagram/@officialpilarez)

"Kalau dulu, mungkin penyikapannya sangat personal. Sangat 'wah' kayaknya gimana banget gitu. Sekarang jadi bahan-bahan yang tidak lagi mengganggu pikiran. Tapi lebih ke, 'oh, ada benarnya juga' gitu,” ungkap Reza yang ditemui baru-baru ini.

Baca Juga: Reza Rahadian Kecanduan "Garam dan Madu", Laura Basuki Sampai Malu

Sebagai seorang manusia public figure, Reza Rahadian menyadari bahwa kritikan itu sangat diperlukan. Karena ada kalanya, masukan tersebut justru menjadi cerminan untuk memperbaiki diri. "Kita juga tidak bisa anti terhadap kritik, ya. Ada beberapa kritik yang kita harus secara jujur menyikapinya bahwa nggak salah sih masukan itu, ada benarnya juga. Jangan-jangan sayanya juga yang defensif," kata bintang film Habibie & Ainun itu.

Rayakan 20 Tahun Berkarir, Reza Rahadian Luncurkan Program Refleksi Dua Dasarasa (instagram)

Reza Rahadian mengatakan perubahan cara pandangnya menghadapi sebuah kritikan atau komentar negatif dari haters tidak muncul begitu saja. Namun melalui proses yang panjang selama 20 tahun dirinya berkarir. “Perjalanan-perjalanan dalam menyikapi itu, mungkin yang berubah seiring berjalannya waktu. Tak hanya detik ini,” ucap Reza Rahadian.

Menandai 20 tahun berkarya di industri film dan kreatif, Reza rahadian pun meluncurkan program Refleksi Dua Dasarasa yang berkolaborasi dengan para kreator seni. Program ini berupa peluncuran buku berjudul ‘Mereka Yang Pertama’, pameran instalasi seni berjudul Eudaimonia di ArtJog 2025, peluncuran film Pangku yang merupakan debutnya sebagai sutradara film, program kolaborasi dengan Jakarta Film Week 2025 dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2025 lalu ditutup dengan pementasan monolog berjudul Dua Dasarasa.

Baca Juga: Sebanyak 400 Lebih Karya Film Masuk Daftar FFI 2022