7 Film Tentang Kemerdekaan Indonesia yang Wajib Ditonton Saat 17 Agustus
Lifestyle

Hari ini, Minggu (17/8/2025), bangsa Indonesia memperingati hari Kemerdekaan ke-80. Dalam memperingati Hari Kemerdekaan, menonton film bertema perjuangan bisa menjadi salah satu cara untuk mengenang jasa para pahlawan bangsa sekaligus membangkitkan rasa nasionalisme.
Indonesia memiliki banyak karya film yang mengangkat kisah perjuangan para tokoh nasional maupun rakyat biasa dalam melawan penjajahan. Dari film biografi, drama sejarah, hingga animasi, semuanya mampu menggambarkan semangat kemerdekaan dengan cara yang menginspirasi.
Berikut ini adalah tujuh film tentang kemerdekaan Indonesia yang wajib masuk daftar tontonanmu di HUT Kemerdekaan RI tahun ini.
Baca Juga: Maxime Bouttier Jadi Pacar Enzy Storia di Film Yakin Nikah
Tjoet Nja Dhien (1988)
Film klasik ini menceritakan perjuangan seorang wanita pejuang asal Aceh, Tjoet Nja Dhien, dalam melawan penjajahan Belanda pada masa perang Aceh. Dengan penggambaran yang kuat dan emosional, film ini sukses menghadirkan kisah heroik seorang perempuan tangguh yang tidak kenal menyerah.
Baca Juga: Ifan Seventeen Ditunjuk Dirut Baru PT PFN Industri Perfilman Indonesia, Apakah BUMN?
Kualitas sinematiknya membuat Tjoet Nja Dhien memenangkan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Bahkan, saking berharganya, film ini direstorasi di Belanda beberapa tahun lalu dan sempat kembali ditayangkan di layar bioskop tanah air.
Soekarno (2013)
Film ini mengisahkan perjalanan hidup sang proklamator, Soekarno, sejak masa mudanya hingga menjadi bapak bangsa Indonesia. Kisah heroik penuh semangat perjuangan ini menggambarkan bagaimana Bung Karno harus keluar masuk penjara akibat keberaniannya meneriakkan kemerdekaan.
Meski sempat menimbulkan kontroversi, film berdurasi 137 menit ini berhasil menyabet penghargaan Film Terpuji dari Festival Film Bandung 2014. Film ini dimainkan oleh Ario Bayu bersama sejumlah aktor ternama seperti Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, dan Sujiwo Tejo.
Sang Kiai (2013)
Film ini mengangkat kisah KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama, yang berjuang menolak penyembahan terhadap matahari (Seikerei) pada masa penjajahan Jepang. Ceritanya menggambarkan peran penting ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Dengan kualitas cerita yang mendalam, Sang Kiai berhasil meraih penghargaan sebagai Film Terbaik di Piala Citra Festival Film Indonesia 2013. Film ini menjadi tontonan wajib bagi siapa saja yang ingin memahami peran agama dan ulama dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Tjokroaminoto (2015)
Disutradarai Garin Nugroho, film ini menyoroti kisah H.O.S. Tjokroaminoto, seorang tokoh pergerakan nasional sekaligus guru bagi banyak pemimpin bangsa Indonesia. Tjokroaminoto digambarkan sebagai sosok pendidik sekaligus pemimpin yang menginspirasi tokoh-tokoh besar bangsa.
Film ini berhasil menyabet tiga penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2015, yakni Sinematografi Terbaik, Tata Artistik Terbaik, dan Tata Busana Terbaik. Tokoh utamanya diperankan dengan apik oleh Reza Rahadian bersama Christine Hakim, Didi Petet, dan Sujiwo Tejo.
Kartini (2017)
Film garapan Hanung Bramantyo ini mengangkat kisah perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia. Lewat film ini, penonton diajak melihat bagaimana Kartini berjuang menciptakan lapangan kerja bagi perempuan serta mendirikan sekolah di Jepara.
Peran Kartini dimainkan oleh Dian Sastrowardoyo dengan pendamping akting yang kuat dari Christine Hakim. Film Kartini juga mengantarkan Christine Hakim meraih penghargaan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2017.
Bumi Manusia (2019)
Diadaptasi dari novel legendaris karya Pramoedya Ananta Toer, film Bumi Manusia mengisahkan kisah cinta Minke dan Annelies di tengah masa penjajahan Belanda. Kisah ini tidak hanya menyoroti romansa, tetapi juga masalah sosial dan ketidakadilan pada masa kolonial.
Pada 2020, film ini berhasil meraih banyak penghargaan di Festival Film Bandung, termasuk kategori Film Terpuji dan Sutradara Terpuji. Kisahnya menjadi refleksi kuat tentang perjuangan kaum pribumi menghadapi tekanan sosial dan politik di masa penjajahan.
Battle of Surabaya (2015)
Berbeda dengan film animas bertema nasional yang sedang tayang dan banjir kritik, Merah Putih: One for All, film Battle of Surabaya dikemas dengan gaya animasi yang menarik.
Dengan animasi yang memukau dan alur cerita penuh emosi, Battle of Surabaya sukses meraih berbagai penghargaan internasional. Film ini menjadi bukti bahwa semangat perjuangan bisa disampaikan dengan cara yang kreatif dan digemari generasi muda.
Kisahnya mengikuti Musa, seorang remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi pejuang Surabaya pada pertempuran 10 November 1945.