7 Mitos Protein yang Berkembang di Masyarakat
Kesehatan

Masyarakat pastinya pernah mendengar beberapa mitos mengenai protein. Mitos itu bahkan sulit dibedakan fakta dan hoaksnya.
Padahal protein merupakan komponen utama dalam pembentukan otot, tulang, kulit, dan rambut.
Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi. Terutama ketika karbohidrat dan lemak tidak mencukupi.
Baca Juga: Dukung Asupan Protein Masyarakat, KKP Galakkan Produksi Susu Ikan
Tidak cuma sampai di situ, protein juga membentuk antibody yang melawan infeksi dan penyakit.
Berikut mitos-mitos mengenai protein dikutip dari Health, Kamis (24/7/2025).
1. Mitos Tubuh Cuma Bisa Menyerap 30 Gram Protein per Sekali Makan
Baca Juga: Ikan Sidat Lebih Kaya Protein Dibanding Salmon? Begini Faktanya
Hasil studi pada 2023 mengemukakan bahwa dosis protein 100 gram menghasilkan responss anabolik yang jauh lebih besar dan tahan lama.
Itu artinya, tubuh dapat menangani dan memanfaatkan protein dosis tinggi dalam sekali makan. Terutama saat stres fisik atau metabolik meningkat.
Karena itu, tak perlu membatasi asupan protein hingga 30 gram. Tapi juga tak berarti perlu mengonsumsi protein dalam porsi besar.
2. Mitos Lansia Tak Butuh Banyak Protein
Ilustrasi lansia. [Ist]Padahal faktanya menjalani diet rendah protein dapat berdampak negatif pada kesehatan tulang dan masa otot lansia.
Masa otot berkurang seiring pertambahan usia serta tubuh tidak merespons protein secara efisien atau disebut sebagai resistensi anabolik.
Lansia perlu mengonsumsi lebih banyak protein untuk mendapatkan manfaat yang sama.
Sebuah tudi menyebut bahwa individu berusia 65 tahun ke atas membutuhkan 1-1,3 gram protein per kilogram per hari untuk kesehatan dan fungsi fisik secara keseluruhan.
3. Mitos Wajib Makan Protein Setelah Olahraga
Mengonsumsi asupan protein tinggi setelah latihan mampu merangsang pertumbuhan otot. Tapi sebuah penelitian mengemukakan asupan protein secara keseluruhan adalah yang terpenting.
Para ahli menyarankan mengonsumsi protein yang lebih seimbang dapat dilakukan dengan membagi asupan protein antara sarapan, makan siang dan camilan.
4. Mitos Diet Tinggi Protein Tak Baik Bagi Ginjal
Makanan yang mengandung protein. [Ist]Sebuah penelitian menunjukkan bahwa asupan protein hingga lima kali lipat dari angka kecukupan gizi, aman dan tidak berdampak negatif pada kesehatan atau fungsi ginjal pada orang sehat.
Penderita penyakit ginjal mungkin perlu mengurangi asupan protein untuk mengelola kondisi fungsi ginjal.
5. Mitos Kebutuhan Protein Cunna Bisa Didapat dari Daging
Sebagian besar protein nabati merupakan sumber protein yang tidak lengkap karena kekurangan satu asam amino esensial. Individu dapat memperoleh semua protein yang dibutuhkan dari sumber nabati.
Penelitian menunjukkan bahwa vegetarian dan vegan mungkin perlu mengonsumsi sekitar 20-40 persen lebih.
Banyak protein nabati daripada protein hewani untuk menyamai kadar asam amino esensial yang dibutuhkan.
Bagi masyarakat yang menerapkan pola vegan atau vegetarian bisa memilih makanan berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe.
6. Mitos Mengonsumsi Protein Tinggi Berbahaya Bagi Tulang
Faktnya protein diperlukan untuk kesehatan tulang. Protein bahkan membentuk sekitar 50 persen volume tulang dan sepertiga masa otot.
Kekurangan protein justru meningkatkan risiko patah tulang dan penyakit tulang seperti osteoporosis.
7. Mitos Protein Hanya untuk Orang yang Aktif
Makanan yang mengandung protein. [Ist]Meski orang yang aktif secara fisik memang membutuhkan lebih banyak protein daripada yang jarang bergerak, tapi protein pada umumnya penting bagi semua kalangan termasuk yang tidak aktif bergerak.
Sebuah penelitian mengungkapkan orang dewasa sehat harus mengonsumsi sekitar 1-1,2 gram per kilogram protein per hari terlepas dari kebiasaan aktivitas fisik.