7 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, Cermin Kebersamaan dan Rasa Syukur

Sosial Budaya

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:33 WIB
7 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, Cermin Kebersamaan dan Rasa Syukur
Ilustrasi perayaan Natal. [Pexels.com]

Perayaan Natal pada 24 Desember 2024 di Indonesia kaya akan tradisi unik yang mencerminkan keragaman budaya.

rb-1

Tradisi yang diwariskan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang ini tidak hanya merayakan kelahiran Yesus Kristus.

Melainkan, menjadi momen memperkuat hubungan antarumat beragama dan menegaskan pentingnya toleransi dalam masyarakat yang beragam.

Baca Juga: Timwas Haji: Klinik Jemaah Haji Indonesia Memprihatinkan

rb-3

Tradisi perayaan Natal di Indonesia juga bermakna mencerminkan kebersamaan, rasa syukur, dan semangat berbagi.

Berikut adalah ragam tradisi Natal di Indonesia:

1. Marbinda (Sumatera Utara)

Baca Juga: Tak Cukup Alam Indah, Pariwisata Indonesia Perlu Benahi Hal Ini

Marbinda merupakan tradisi perayaan Natal yang dilakukan oleh masyarakat Suku Batak Toba di Sumatera Utara.

Tradisi ini melibatkan penyembelihan hewan ternak, yang biasanya dilakukan sehari sebelum Natal.

Daging hasil sembelih kemudian dibagi secara adil kepada anggota keluarga dan masyarakat, sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan.

Rumah adat Batak Toba. [X Kementrian Pariwisata]

Akar filosofi dari tradisi ini adalah “sa sada hudon” atau merasakan makanan yang sama dari sumber yang sama agar sukacita Natal dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat.

Selain itu, terdapat tradisi Marhobas, yaitu memasak daging bersama-sama, yang juga memperkuat ikatan sosial antarwarga.

2. Meriam Bambu (Flores)

Tradisi perayaan Natal Meriam Bambu berasal dari masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur.

Dimulai sejak tahun 1980-an, tradisi ini melibatkan permainan meriam bambu yang menghasilkan suara ledakan keras.

Suara ini digunakan untuk mengekspresikan kegembiraan atas kelahiran Yesus Kristus, menciptakan suasana meriah di tengah masyarakat.

Seorang anak bermain meriam bambu. [Travistory.com/caption]

Tradisi ini menjadi simbol kebahagiaan dan semangat Natal, di mana masyarakat menantikan suara meriam bambu sebagai bagian integral dari perayaan mereka

3. Ngejot dan Penjor (Bali)

Tradisi unik yang ini datang dari Pulau Dewata, Bali. Ngejot dan Penjor merupakan tradisi Natal yang unik.

Ngejot adalah praktik saling berbagi makanan antara tetangga, tanpa memandang agama, mencerminkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Makanan yang dibagikan disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing agama.

Tradisi Ngejot dan Penjot di Bali. [Pena Katolik]

Penjor adalah bambu tinggi melengkung yang dihias, biasanya dipasang saat perayaan Galungan, namun juga digunakan saat Natal sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang diterima. Tradisi ini memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan saling menghormati di masyarakat Bali.

4. Rabo-Rabo (Jakarta)

Tradisi unik selanjutnya datang dari Jakarta.Rabo-rabo adalah tradisi perayaan Natal yang berasal dari Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta.

Dalam bahasa Kreol Portugis, "rabo-rabo" berarti "ekor-mengekor". Tradisi ini dilakukan dengan berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah sambil menyanyikan lagu keroncong.

Tradisi Rabo Rabo di Jakarta. [Seni Budaya Betawi]

Rombongan biasanya dimulai dengan ibadah di gereja, kemudian melanjutkan kunjungan ke rumah tetangga, di mana satu anggota keluarga dari setiap rumah bergabung dalam rombongan.

Puncak perayaan ini adalah tradisi "mandi-mandi", di mana warga saling menggambar wajah satu sama lain dengan bedak putih, simbol penebusan dosa dan pengampunan.

5. Wayang Wahyu (Yogyakarta)

Wayang Wahyu di Yogyakarta adalah pertunjukan wayang yang mengangkat kisah-kisah dari Alkitab, khususnya yang berkaitan dengan ajaran Kristiani.

Diciptakan oleh Bruder Timotheus L. Wignyosubroto pada 2 Februari 1960, Wayang Wahyu bertujuan untuk menyebarkan nilai-nilai agama dengan cara yang dapat diterima masyarakat Jawa.

Pagelaran Wayang Wahyu. [Babad Jogja][/caption

Pertunjukan ini biasanya dilakukan di gereja atau pemukiman, melibatkan musik gamelan dan dalang yang menyampaikan pesan-pesan ajaran Kristen. Wayang Wahyu juga menjadi simbol toleransi, melibatkan partisipasi lintas agama dan berperan dalam pelestarian budaya lokal di Yogyakarta

6. Kunci Taon (Sulawesi Utara)

Dan yang terakhir, ragam perayaan Natal unik di Indonesia datang dari wilayah Sulawesi Utara.

Kunci Taon adalah tradisi Natal yang unik di Manado, Sulawesi Utara, yang secara harfiah berarti "mengunci tahun."

Tradisi ini dimulai sejak awal Desember dan melibatkan serangkaian kegiatan, termasuk ibadah di gereja dan ziarah ke makam kerabat, di mana masyarakat menghias makam dengan lampu hias.

Kemeriahan Kunci Taon di Manado. [Pemko Manado]

Puncak perayaan berlangsung pada minggu pertama Januari dengan pawai menggunakan kostum khas.

Kunci Taon berfungsi sebagai momen refleksi dan syukur atas tahun yang telah berlalu serta harapan untuk tahun yang akan datang.

7. Bakar Batu (Papua)

Bakar Batu, atau Barapen, adalah tradisi perayaan Natal yang dilakukan oleh masyarakat Papua. Tradisi ini melibatkan proses memasak bersama menggunakan batu yang dibakar hingga panas

Proses bakar batu dimulai dari membuat lubang di tanah, dilapisi daun pisang.

Tradisi bakar batu di Papua. [Indonesia.go.id]

Batu panas diletakkan di dalam lubang, di atasnya daging, sayuran, dan umbi-umbian ditambahkan, lalu ditutup dengan daun dan batu panas lagi.

Setelah matang, makanan disajikan dan biasanya dimulai oleh kepala suku atau orang terhormat.

Tradisi ini mencerminkan rasa syukur dan kebersamaan dalam komunitas, serta telah menjadi bagian integral dari perayaan Natal di Papua.

Tag Indonesia Perayaan Natal Budaya tradisi Natal ragam budaya

Terkini