Akar Masalah Munculnya Petisi Batalkan Pelaksanaan TKA, Ini Kata Siswa SMA
Petisi Batalkan pelaksanaan TKA menyedot perhatian publik setelah akun bernama Siswa Agit di platform Change.org yang menuntut pembatalan atau tertundanya pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) tahun 2025.
Petisi ini disuarakan karena banyak siswa merasa pelaksanaan TKA terkesan mendadak dan belum siap, sehingga menyulitkan persiapan mereka.
Mereka menilai TKA menambah tekanan dan mempermainkan masa depan pendidikan siswa, terutama karena pelaksanaan TKA dilakukan saat siswa juga menyesuaikan diri dengan Kurikulum Merdeka yang baru.
Baca Juga: Tembok Roboh Tewaskan Siswa, Begini Pesan Wagub DKI Jakarta untuk Orang Tua
Kisi-kisi TKA baru diterbitkan pada Juli 2025, sementara ujian dijadwalkan awal November 2025 sehingga waktu persiapan dianggap sangat singkat. Selain itu, simulasi ujian dare juga mengalami kendala teknis yang menambah kekhawatiran para siswa.
Isi petisi tekanan:
- Permintaan penundaan atau penundaan pelaksanaan TKA 2025.
Baca Juga: Guru Cabuli Siswa Ditangkap Polisi
- Kekecewaan terkait persiapan yang minimal dan sistem yang mendadak.
- Dampak negatif psikologis dan akademis bagi siswa.
- Ingin agar pemerintah meninjau ulang keputusan agar siswa bisa lebih siap dan mendapatkan pendidikan yang adil.
Hingga siang ini, petisi tersebut telah mendapatkan dukungan luas, dengan lebih dari 160 ribu tanda tangan dari siswa dan masyarakat yang peduli terhadap pendidikan.
Apa AkarKesulitan?
Ilustrasi siswa SMA sedang belajar. [Gratispik]
Dilihat dari situs change.org akar masalah dari munculnya petisi ini adalah banyak siswa yang akan menghadapi TKA 2025, merasakan tekanan dan mendengarkan yang mendalam.
"Sistem baru ini tidak hanya menambah tekanan pada kami, tetapi juga mempermainkan masa depan pendidikan kami," tulis siswa.
“Di sekolah saya sendiri, kami menggunakan Kurikulum Merdeka, yang pada akhirnya memberikan banyak sekali dampak negatif di sisi murid. Kemudian, tiba-tiba TKA diadakan. Hal ini menyulitkan kami untuk merasakan stabilitas dan kepastian atas pendidikan yang seharusnya memberi arah yang jelas,” sambungnya.
Disampaikan bahwa pelaksanaan TKA 2025 menimbulkan banyak masalah, termasuk pengesahan yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan yang memadai untuk tingkat SMA.
Ilustrasi siswa SMA. [Istimewa]
“Seakan-akan tidak ada pertimbangan serius terhadap dampak signifikan bagi kami para siswa,” katanya.
Selain itu, penetapan kisi-kisi yang terlambat menyulitkan siswa dalam melakukan persiapan yang optimal. TKA untuk jenjang SMA pertama kali dikabarkan dan diresmikan pada 8 Juni 2025.
Peraturan ini diundangkan pada 3 Juni 2025 dan bertujuan untuk menjamin bahwa semua siswa, baik dari jalur formal, nonformal, maupun informal, memiliki kesempatan yang setara untuk dinilai secara tujuan dan terstandar (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi).
Kemudian, menurut dokumen "Salinan Perkaban Nomor 45 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA SMA/MA dan SMK/MAK," tanggal penetapannya adalah 14 Juli 2025.
Dari tanggal 14 Juli hingga 3 November, para guru dan murid hanya memiliki waktu tersisa 112 hari alias sekitar 3,5 bulan. Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik) Kemendikdasmen bahkan baru memulai pelaksanaan Simulasi TKA Online untuk jenjang SMA/MA/SMK/MAK dan sederajat secara resmi pada tanggal 6 Oktober 2025.
“Para guru bimbel memang sudah berusaha membuat perkiraan soal mulai dari bulan Juli setelah kisi-kisi dibagikan, tetapi perkiraan soal tersebut sama sekali tidak akurat bahkan jika hanya dibandingkan dengan perkiraan soal dari Pusmendik,” ungkap siswa.
Hasilnya, perkiraan soal baru dirancang kembali oleh para guru setelah Simulasi TKA Online pertama.
"Bayangkan, singkatnya waktu kami untuk bersiap. Waktu persiapan yang sangat singkat akibat jadwal kelas 12 yang padat hanya menambah tantangan yang kami hadapi," imbuhnya.