Apa Itu Office Frogging? Fenomena yang Lagi Tren di Kalangan Gen-Z
Lifestyle

Office frogging merupakan fenomena baru di dunia kerja yang belakangan lagi tren di kalangan Gen Z.
Namun Apakah maksud dari tren office frogging yang konon katanya bisa membuat perusahaan was-was?
Office frogging merupakan strategi lompat pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya demi mengejar peluang lebih baik.
Baca Juga: 4 Faktor Pemicu Demo Nepal Berakhir Chaos: Larangan Medsos hingga Flexing Anak Pejabat
Tren ini melekat pada kebiasaan Gen Z yang cenderung sering berpindah kerja.
Tren karier tersebut membuat tak sedikit perusahaan harus berpikir ulang soal strategi retensi karyawan.
Pasalnya, semakin banyak anak muda yang memilih ‘melompat; alih-alih bertahan lama di satu tempat kerja.
Istilah office frogging menggambarkan gaya kerja generasi muda, khususnya Gen Z, yang tidak segan meninggalkan pekerjaannya jika merasa sudah tidak berkembang.
Layaknya katak yang melompat dari satu daun ke daun lain, mereka juga melompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain untuk mencari pengalaman, keterampilan, dan tentu saja, gaji yang lebih baik.
Tren yang Juga Dilakukan Kelompok Usia Lain
Ilustrasi Office Frogging. [X-Twitter]
Menurut Peter Duris, CEO Kickresume, office frogs biasanya tidak bertahan terlalu lama di satu perusahaan.
Fenomena ini sebenarnya tak hanya dilakukan Gen Z, sebab data Gallup mencatat bahwa 48 persen pekerja di Amerika Serikat, dari berbagai usia, tengah mencari peluang baru.
“Sering kali, karyawan merasa sudah tidak lagi belajar hal baru atau mulai bosan dengan peran yang dijalani. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru dan meningkatkan gaji,” ujar Duris.
Alasan Perusahaan Was-Was dengan Tren Office Frogging
Ilustrasi Office Frogging bikin perusahaan was-was. [Int]
Lonjakan angka karyawan yang berpikir untuk resign membuat perusahaan ketar-ketir.
Culture Amp bahkan mencatat, sejak tahun 2022, keterlibatan karyawan menurun dan rasa bangga terhadap perusahaan juga ikut merosot.
Bagi perusahaan, office frogging bisa menjadi sinyal bahaya. Jika karyawan mudah keluar, biaya rekrutmen dan pelatihan membengkak, produktivitas terganggu, dan risiko kehilangan talenta terbaik semakin besar.
Sementara itu, bagi pekerja, tren ini bak pedang bermata dua. Mereka mungkin bisa mendapat pengalaman dan keterampilan baru, bahkan kenaikan gaji.
Namun, di sisi lain, mereka juga bisa dianggap tidak loyal oleh perekrut berikutnya hingga menimbulkan stres di tengah perjalanan.
Agar tidak terus kehilangan talenta muda, perusahaan pun perlu beradaptasi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan, antara lain memberikan gaji yang kompetitif disertai benefit menarik, serta membangun budaya kerja yang sehat.