Nasional

Bali Kembali Diterjang Banjir, Kawasan Canggu Ikut Terdampak

15 September 2025 | 22:21 WIB
Bali Kembali Diterjang Banjir, Kawasan Canggu Ikut Terdampak
Ilustrasi mobil terendam banjir. (Meta AI)

Bali kembali dilanda banjir besar setelah hujan deras mengguyur sejak Senin (15/9/2025). Air meluap ke permukiman warga dan ruas-ruas jalan utama, membuat aktivitas lumpuh di sejumlah titik.

rb-1

Beberapa kawasan yang terdampak cukup parah antara lain Imam Bonjol, Taman Pancing, Jalan Gunung Agung, Monang Maning, hingga destinasi wisata populer di Canggu, Kabupaten Badung.

Baca Juga: PSU 10 Desa di Kabupaten Demak Bakal Digelar 24 Februari Mendatang

rb-3

Genangan air di Jalan Pantai Berawa, Canggu, bahkan membuat puluhan kendaraan terjebak. Tak sedikit pemilik yang terpaksa meninggalkan mobil maupun motornya karena tak mampu lagi melawan derasnya arus.

Semakin Memprihatinkan

Ilustrasi rumah terkena banjir. (Meta AI)Ilustrasi rumah terkena banjir. (Meta AI)

Baca Juga: Diguyur Hujan Deras, 17 RT di Jakarta Terendam Banjir Pagi Ini

Situasi ini semakin memprihatinkan karena sungai-sungai besar di Bali seperti Tukad Badung dan Tukad Mati menunjukkan peningkatan debit air yang signifikan.

Luapan air sungai tidak hanya membawa lumpur, tetapi juga sampah plastik, batang kayu, hingga material rumah tangga. Kondisi ini semakin memperparah penyumbatan aliran air.

Warga Denpasar pun terlihat secara sukarela turun tangan mengangkat tumpukan sampah dari sungai demi mencegah banjir meluas.

Petugas Pemkab Badung di kawasan Legian mulai melakukan penyedotan di Tukad Mati untuk menahan luapan yang lebih parah. Meski begitu, dampak banjir sudah sangat merugikan warga.

Di beberapa titik, ketinggian air mencapai tiga meter, mengakibatkan rumah-rumah terendam sepenuhnya. Hampir seluruh isi rumah, mulai dari pakaian, perabot, hingga kendaraan, tak bisa diselamatkan.

Banyak warga kini kehilangan pakaian ganti dan tak bisa memasak makanan sendiri, sehingga bergantung pada bantuan makanan siap saji.

Penyebab Utama: Tutupan Hutan Minim dan Sampah Menggunung

Ilustrasi mobil berada di lingkungan banjir. (Meta AI)Ilustrasi mobil berada di lingkungan banjir. (Meta AI)

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyoroti penyebab mendasar dari banjir di Bali. Menurutnya, masalah terbesar adalah rendahnya tutupan hutan di sepanjang aliran sungai.

Idealnya, kawasan sungai memiliki tutupan hutan minimal 30 persen untuk menjaga daya serap air. Namun, di Tukad Badung dan Tukad Mati, angka itu hanya mencapai 2 persen.

Dari total area aliran sungai seluas 49 ribu hektare, hutan yang tersisa hanya sekitar 1.200 hektare.

Kondisi ini membuat daya dukung lingkungan tidak seimbang. Ketika hujan deras turun, air tidak terserap ke dalam tanah, melainkan langsung meluap ke pemukiman.

Selain itu, buruknya pengelolaan sampah juga menjadi faktor krusial. Sampah yang menumpuk di drainase dan aliran sungai mempercepat terjadinya penyumbatan, sehingga banjir semakin sulit dikendalikan.

Hanif menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh bersama Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar. Menurutnya, tata kelola lingkungan harus ditingkatkan, mulai dari reboisasi hingga penanganan sampah terpadu.

Jika tidak ada langkah nyata, banjir berpotensi semakin sering melanda, terutama di kawasan padat penduduk dan destinasi wisata.

Dampak Sosial dan Lingkungan

Selain kerugian material, banjir juga menyisakan luka sosial bagi warga. Kehilangan tempat tinggal, keterbatasan makanan, dan keterpurukan ekonomi menjadi tantangan berat.

Kawasan wisata yang terendam juga menambah pukulan bagi sektor pariwisata Bali, yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa krisis lingkungan tidak hanya terjadi di hutan pedalaman, tetapi juga di kawasan urban dan destinasi pariwisata.

Rendahnya tutupan hutan dan tumpukan sampah bukan lagi sekadar isu teknis, melainkan persoalan serius yang menyangkut masa depan ekologi Bali.

Tag banjir bali canggu