Belajar dari Perjalanan Mudik Nabi dan Para Sahabat

Sosial Budaya

Minggu, 30 Maret 2025 | 04:05 WIB
Belajar dari Perjalanan Mudik Nabi dan Para Sahabat
Ilustrasi. (Pixabay @shamsherniazi)

Masyarakat sudah mulai terlihat melakukan perjalanan mudik untuk merayakan hari raya Lebaran di kampung halaman. Bahkan ada yang sudah mudik sejak awal pekan.

rb-1

Perjalanan ke kampung halaman atau mudik ternyata juga dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW. Kita bisa mencontoh atau belajar bagaimana perjalanan tersebut dilakukan.

Dalam buku Pengantin Ramadan, Muchlis M Hanafi menceritakan bahwa Rasulullah dan sarabat juga pernah "mudik", yaitu saat peristiwa Fathu Makkah. Peristiwa tersebut merupakan pembebasan Kota Mekkah oleh umat Islam dari kaum Quraisy pada tanggal 20 Ramadan tahun ke-8 Hijriyah atau 1 Januari 630 Masehi.

Baca Juga: Google Maps Bantu Mengecek One Way Selama Mudik Lebaran

rb-3

Profesor M Quraish Shihab. (YouTube)

Nabi dan para sahabat menetap selama 19 hari dan merayakan Idulfitri di kampung halaman dengan hati yang lapang, memaafkan segala kezaliman yang pernah dilakukan kaum Quraisy, dan bersama membuka lembaran baru. Sebelum akhirnya kembali ke Madinah.

Islam memang membolehkan membalas kezaliman dengan setimpal, tetapi Allah lebih mencintai mereka yang memilih memaafkan sebagaimana firman-Nya dalam Asy-Syuura ayat 40.

Baca Juga: Biodata dan Agama Supian Suri, Wali Kota Depok yang Tuai Kontroversi Izinkan ASN Mudik Pakai Mobil Dinas

Maaf lahir dari kesadaran bahwa setiap orang bisa berbuat salah. Kesalahan yang dilakukan orang lain pada kita mungkin saja kita lakukan juga, bahkan lebih buruk.

Seperti dikutip PSQ Online, ulama tanah air Profesor M Quraish Shihab berpendapat bahwa memaafkan (al-’afwu) bukan sekadar menghapus luka hati dan melupakannya. Sebab, layaknya coretan di kertas, meski bisa dihapus, bekasnya tetap ada.

Karena itu, dalam QS. An-Nur: 22, Allah juga memerintahkan as-shafhu (kelapangan), yang darinya terbentuk kata shafhah (lembaran) dan mushafahat (berjabat tangan).

Artinya, dengan lapang dada membuka lembaran baru, bukan saja luka mereda, tetapi juga ada ruang untuk menjalin kembali hubungan dan berbuat baik kepada mereka yang pernah menyakiti kita.

Ilustrasi. (Pixabay @enjoytheworld)

Allah berfirman: "Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antara kamu dan dia ada permusuhan akan menjadi seperti teman yang setia." (QS. Al-Fusshilat: 34)

Selama Ramadan, mungkin dosa kita kepada Allah telah diampuni, tetapi kesalahan kepada sesama manusia hanya bisa terhapus dengan saling memaafkan. Itulah mengapa Idulfitri menjadi momen penting untuk membuka hati dan merajut kembali tali silaturahmi, karena jika kita memaafkan sesama, maka kita Allah memaafkan kita di akhirat (HR. Ahmad).

Tag Mudik Mudik Lebaran Nabi Muhammad mudik nabi

Terkini