Benarkah Puasa Hari Ini Asyura Merupakan Tradisi Yahudi Yom Kippur?
Nasional

Hari ini, Minggu, 6 Juli 2025, bertepatan dengan tanggal 10 Muharam 1447 H atau disebut juga sebagai Hari Asyura. Dalam kalender hijriah, hari Asyura atau 10 Muharam sudah dimulai sejak Sabtu malam, 9 Juli 2025 selepas magrib.
Pada hari Asyura, umat Islam disunahkan untuk menjalankan ibadah puasa. Puasa Asyura dapat dijalankan dua hari, yaitu pada 9-10 Muharam atau 10-11 Muharam.
Terkait dengan puasa Asyura, terdapat asumsi bahwa ritual puasa bukan tradisi orisinil umat Islam, melainkan diadaptasi dari ibadah umat Yahudi.
Baca Juga: Kapan Hari Asyura? Nabi Muhammad Anjurkan Umatnya untuk Berpuasa
Puasa Asyura Diadaptasi dari Praktik Yahudi?
Ilustrasi. (Meta AI)Dikutip situs resmi Muhammadiyah, asumsi bahwa puasa Asyura diadaptasi dari praktik Yahudi sebenarnya wajar bila hanya merujuk pada hadits Ibnu Abbas yang populer sebagai landasan sunnahnya pausa Asyura.
Hadits tersebut berbunyi sebagai berikut:
Baca Juga: Irwan Mussry Berdarah Yahudi Irak, Putuskan Mualaf Sebelum Menikahi Maia
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu Nabi Musa ‘Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummat Beliau untuk mempuasainya (HR. Bukhari).
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa pada hari ke-10 bulan Muharam atau 10 bulan Tishrei (bulan ketujuh dari kalender lunisolar Ibrani) merupakan peristiwa kemenangan Musa dan Bani Israel atas Fir’aun dan bala tentaranya.
Orang-orang Yahudi menyebut tanggal tersebut sebagai Hari Suci Yom Kippur. Sebagai rasa syukur, umat Yahudi melaksanakan puasa pada hari tersebut.
Berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas ini pula, tidak sedikit yang berasumsi bahwa Nabi Saw menganjurkan puasa Asyura setelah hijrah dari Mekah yang terinspirasi dari kebiasaan orang-orang Yahudi di Madinah.
Di sisi lain, kalau kita merujuk pada hadits lain, maka kesimpulannya berbeda. Di dalam hadits Aisyah RA yang terdapat di Sahih Bukhari dan Muslim menunjukan bahwa puasa Asyura telah dilaksanakan oleh Rasulullah Saw sebelum hijrah ke Madinah.
Hadits tersebut berbunyi:
عن عائشة ، رضي الله عنها ، أن قريشا كانت تصوم يوم عاشوراء في الجاهلية ثم أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصيامه حتى فرض رمضان وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من شاء فليصمه ، ومن شاء أفطر
Dari Aisyah RA, sesungguhnya orang-orang Quraisy dulu pada masa jahiliyah berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah Saw pun memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu hingga turunnya perintah wajib puasa Ramadhan.
Rasulullah (setelah wajibnya puasa Ramadhan) berkata barang siapa menghendaki maka ia boleh berpuasa Asyura sedangkan yang tidak mau puasa maka tidak mengapa (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits dari Aisyah ini menunjukkan bahwa Nabi SAW memerintahkan puasa Asyura saat masih menetap di Mekah atau sebelum bertemu orang-orang Yahudi di Madinah. Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fath al-Bari menjelaskan bahwa ketika di Mekah, Nabi SAW memang melaksanakan puasa Asyura bersama dengan orang-orang suku Quraisy.
Puasa Asyura Bukan Tradisi Yahudi
Hari Aysura (tertanda merah). (kemenag.go.id)Berbagai keterangan ternyata menyiratkan bahwa puasa Asyura tidak diambil dari tradisi Yahudi. Nabi Muhammad sama sekali tidak mengikuti tradisi Yahudi sebab sebelum bertemu dengan orang-orang Yahudi Madinah pun, beliau telah melakukan puasa Asyura.
Selanjutnya, bila diperhatikan memang ada aspek ibadah umat Islam yang awalnya sama dengan Yahudi lalu berubah ketika ajaran Islam semakin purna pewahyuannya seperti kiblat. Awalnya kiblat umat Islam adalah Baitul Maqdis, lalu berubah menjadi Ka’bah.
Puasa Asyura masuk dalam kategori ini, awalnya Nabi SAW berpuasa pada hari yang sama dengan Yahudi Madinah, tapi selanjutnya beliau memberikan pembedaan yaitu dengan anjuran puasa tasu’ah (9 Muharram), satu hari sebelum 10 Muharram.
Hadits tentang anjuran puasa di tanggal 9 Muharram (tasu’ah) terdapat dalam hadits Ibnu Abbas yang lain, bunyinya:
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا : حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Abdullah bin Abbas radliallahu ‘anhuma berkata saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura`dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa; Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).” Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat (HR. Muslim).