Bersiap Hadapi Serangan Rusia, Mantan KSAD Sebut Inggris harus segera Bangun Perlindungan Bom
Nasional

Akhir-akhir ini serangan-serangan Rusia dirasakan mendekati wilayah sekutu NATO. Seperti beberapa waktu lalu, Rusia menyerang perbatasan Ukraina dengan Polandia dan Rumania dengan menembakkan hampir 600 pesawat nirawak dan 26 rudal jarak jauh ke arah Lviv dan Chernivtsi.
Serangan itu membuat sekutu NATO siap siaga. Polandia sendiri telah mengaktifkan pasukannya untuk berjaga-jaga. Para pejabat di Polandia mengatakan angkatan udara dari sekutu NATO yang tidak disebutkan namanya bergabung dengan militernya sendiri sebagai tanggapan atas agresi Rusia.
Ilustrasi/Foto: Instagram NATO
Sementara mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Inggris mengingatkan negaranya untuk mulai membangun tempat perlindungan bom mulai dari sekarang. Ini terkait dengan potensi perang antara Inggris-Rusia, dilansir Daily Mail.
Peringatan mengerikan ini dikeluarkan oleh mantan Kepala Angkatan Darat Inggris, Jenderal Sir Patrick Sanders.
Inggris tidak Siap Hadapi Rudal dan Drone yang Menyerang Kota-kotanya
Ilustrasi/Foto: pexels.com
Jenderal Sir Patrick, yang mengundurkan diri sebagai Kepala Staf Umum musim panas lalu, khawatir bentrokan dengan Putin pada tahun 2030 merupakan 'kemungkinan yang realistis', dilansir Daily Mail.
Namun, pensiunan kepala pertahanan tersebut mengklaim bahwa negara itu sangat tidak siap menghadapi kemungkinan rudal dan drone menghujani kota-kotanya.
Dalam penilaian suram terhadap ancaman yang kini ditimbulkan oleh Moskow, Sir Patrick mendesak para menteri untuk mengambil tindakan dan meningkatkan pertahanan nasional Inggris.
Perang Rusia – Inggris Diperkirakan 2030
Berbicara kepada Telegraph, pensiunan kepala Angkatan Darat tersebut mengatakan sangat penting bagi negara untuk mulai membangun jaringan tempat perlindungan bom yang mampu melindungi jutaan warga sipil.
"Jika Rusia berhenti berperang di Ukraina, Anda akan berada pada posisi di mana dalam hitungan bulan mereka akan memiliki kemampuan untuk melakukan serangan terbatas terhadap anggota NATO yang akan menjadi tanggung jawab kami untuk mendukungnya, dan itu akan terjadi pada tahun 2030," ujarnya.
Sir Patrick mengatakan bahwa selama masa jabatannya sebagai Panglima Angkatan Darat, diskusi dengan Pemerintah mengenai pembangunan tempat perlindungan bom sipil dan pusat komando bawah tanah untuk keperluan militer telah dianggap terlalu mahal atau prioritas rendah.
Ia mengklaim kekhawatiran tersebut dikesampingkan karena "ancaman tersebut terasa tidak cukup mendesak atau serius untuk membuatnya sepadan".
Namun, ia mengatakan bahwa lanskap telah berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir, dan ia menyampaikan seruannya yang paling keras untuk bertindak.
"Saya tidak tahu sinyal apa lagi yang kita butuhkan agar kita menyadari bahwa jika kita tidak bertindak sekarang dan kita tidak bertindak dalam lima tahun ke depan untuk meningkatkan ketahanan kita... Saya tidak tahu apa lagi yang dibutuhkan," ujarnya kepada Telegraph.
Finlandia Miliki Tempat Perlindungan Bom untuk 4,5 Juta Warganya
Mengutip Finlandia sebagai contoh, ia menambahkan: "Finlandia memiliki tempat perlindungan bom untuk 4,5 juta orang. Negara ini dapat bertahan sebagai pemerintahan dan sebagai masyarakat di bawah serangan rudal dan udara langsung dari Rusia. Kami tidak memilikinya."
Komentar Sir Patrick muncul di tengah kekhawatiran bahwa Inggris tidak memiliki kekuatan militer yang cukup untuk menangkis pemboman rudal serupa dengan yang terjadi di Ukraina, Israel, dan Iran dalam beberapa bulan terakhir.
Berbicara dari kebunnya di Wiltshire sambil menghisap cerutu Epicure No. 2 bersama anjing labradornya, Fargo, sang Jenderal bersikeras bahwa Inggris tidak membutuhkan sistem rudal pertahanan udara 'Iron Dome' bergaya Israel.
Jumlah Angkatan Darat Inggris Menyusut
Ilustrasi/Foto: Instagram britisharmy
Selain menyerukan jaringan baru tempat perlindungan bom nasional, mantan panglima militer tersebut juga mengecam menyusutnya jumlah Angkatan Darat Inggris.
Saat ini, jumlah tentara reguler sekitar 72.500 - yang merupakan jumlah tentara tetap terkecil sejak Perang Napoleon. Sementara itu, negara ini memiliki sekitar 30.000 prajurit cadangan paruh waktu, yang dapat menambah jumlah total pasukan di angkatan darat menjadi sekitar 100.000.
Namun, Sir Patrick mengatakan jumlah ini masih jauh dari cukup, dan memperingatkan bahwa angkatan darat saat ini 'terlalu kecil untuk bertahan lebih dari beberapa bulan pertama pertempuran intensif'.
Sir Patrick sebelumnya dilarang memberikan pidato yang memperingatkan bahwa wajib militer dapat diwajibkan jika terjadi perang besar, di tengah kekhawatiran para menteri bahwa hal itu akan membuat publik ketakutan.
Anggaran Pertahanan Inggris
Ilustrasi/Foto: Instagram britisharmy
Serupa dengan itu, mantan kepala Angkatan Darat tersebut mengatakan Tinjauan Pertahanan Strategis terbaru Partai Buruh 'tidak menyentuh hal ini sama sekali' dan gagal mengatasi masalah tenaga kerja yang dihadapi militer.
Bulan lalu, Kanselir Rachel Reeves berjanji untuk meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 2,6 persen PDB pada April 2027.
Sementara itu, Sir Keir Starmer menghadapi tekanan untuk meningkatkan anggaran militer lebih tinggi lagi, menyusul seruan Presiden AS Donald Trump kepada sekutu NATO untuk 'berbuat lebih banyak'.
Perdana Menteri kini telah berkomitmen untuk mengalokasikan lima persen dari PDB untuk keamanan nasional dalam 10 tahun - termasuk 3,5 persen untuk pertahanan inti.
Namun, ia dikecam karena belum menetapkan tenggat waktu yang jelas tentang bagaimana dan kapan hal ini akan tercapai.
Serangan Militer China dan Rusia Bisa Picu Perang Dunia III
Komentar Sir Patrick muncul setelah Sekjen NATO Mark Rutte memperingatkan pekan lalu bahwa serangan militer serentak oleh China dan Rusia dapat menjerumuskan dunia ke dalam konflik global baru yang menghancurkan.
Dalam penilaian yang suram, mantan Perdana Menteri Belanda tersebut menyatakan bahwa pemimpin China Xi Jinping dapat mencoba merebut Taiwan sambil mendesak Vladimir Putin untuk melancarkan serangan paralel terhadap wilayah NATO - yang berpotensi memicu Perang Dunia Ketiga.
Pagi ini terungkap bahwa NATO terpaksa mengerahkan jet tempur setelah Vladimir Putin melancarkan gelombang baru serangan pesawat tak berawak dan pembom yang mematikan di Ukraina.
'Karena aktivitas serangan udara jarak jauh Rusia terhadap target yang terletak di Ukraina barat, antara lain, angkatan udara Polandia dan sekutunya telah memulai operasi di wilayah udara Polandia,' lapor Komando Operasional Angkatan Bersenjata Polandia.***
Sumber: Daily Mail, berbagai sumber lainnya