BI Jadwalkan Layanan Penukaran Uang Baru Mulai 3 Maret, Simak Batas Maksimalnya!

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Bank Indonesia (BI) kembali menyediakan layanan penukaran uang baru menyambut Idul Fitri yang biasa dicari masyarakat sebagai tradisi bagi-bagi tunjangan hari raya (THR).

Untuk tahun ini, BI akan membuka layanan penukaran uang baru lewat program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) yang mulai dilakukan pada 3 Maret hingga 27 Maret 2025.

Hal itu diungkapkan Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono, Senin (24/2/2025).

Baca Juga: Tujuh Uang Kertas Rupiah Baru Tahun Emisi 2022 Diluncurkan, Ini Wujudnya

Doni menjelaskan jika program Serambi ini menjadi momen penting dalam distribusi uang ke masyarakat.

Ilustrasi penukaran uang baru sambut Ramadan dan Idul Fitri. [instagram]

Dalam rangka perluasan ini, ada tiga hal yang BI lakukan.

"Pertama, layanan keliling regular, termasuk tempat ibadah masjid. Kedua adalah kerja sama dengan perbankan a.l. titik tetap di Monas dan ketiga, layanan tematik, seperti di kantor atau bazar Ramadan," terang Doni.

Baca Juga: Nilai Ekspor Komoditas Modest Fashion Selama Periode Januari-Juli 2024 Meningkat

"Ini tiga layanan itu, sama perbankan sampai 4.000 titik, termasuk dengan BI 1.200 titik," sambungnya.

Nantinya, BI akan menaikkan batas nilai penukaran dari sebelumnya Rp 3 juta menjadi Rp 4,3 juta per orang.

Ini dilakukan untuk mengurangi keramaian dan antrian. Doni menambahkan penukaran dilakukan tetap menggunakan aplikasi Pintar BI.

"Kita tidak terima gross tapi kita minta masih aplikasi Pintar supaya bisa rapi dan jelas di sana (titip penukaran)," ungkapnya.

Ilustrasi uang baru sambut Ramadan dan Idul Fitri. [instagram]

Tahun ini, kata Doni, BI menyiapkan pasokan uang tunai sebesar Rp 180,9 triliun untuk melengkapi tradisi penukaran uang baru saat hari raya Idul Fitri 2025.

Nilai ini hampir mencapai 25 persen dari total kebutuhan uang kartal setahun ini.

Pasokan uang tunai ini lebih rendah dibandingkan pasokan tahun lalu yang berkisar Rp 197,6 triliun.

"Ini agak sedikit turun 1,6 persen karena kita pertimbangkan ekspektasi nontunai jadi kita kurangi sedikit," katanya mengakhiri.