Bupati Bekasi Ade Kuswara Ngamuk! Habisi 1.182 Bangunan Liar, Dijuluki Si Raja Bongkar
Jawa Barat
.jpg)
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tanpa tedeng aling-aling menyematkan julukan keras pada Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang. Di hadapan para kepala desa dan lurah se-Jawa Barat, Dedi menyebut Ade sebagai "Si Raja Bongkar".
Pernyataan ini ia lontarkan dalam acara Rapat Koordinasi "Gawe Rancage Pak Kades jeung Pak Lurah" yang digelar di Gedung Bale Asri Pusdai, Kota Bandung, Senin (28/4).
"Bupati Bekasi, Si Raja Bongkar. Dia yang bongkar, saya yang bayar," tegas Dedi, yang langsung disambut gelak tawa para hadirin. Tapi di balik candaan itu, ada pesan serius—dukungan penuh terhadap langkah tegas Bupati Bekasi dalam menertibkan bangunan liar.
Baca Juga: Buntut OTT Wali Kota Bekasi, Tujuh Lurah Diperiksa KPK
Julukan tajam dari Kang Dedi—sapaan akrabnya—bukan tanpa alasan. Pemerintah Kabupaten Bekasi di bawah kepemimpinan Ade Kunang memang sedang melakukan operasi besar-besaran menertibkan ribuan bangunan liar (bangli) yang mencaplok tanah negara dan merusak fungsi aliran sungai.
Tanpa kompromi, Pemkab Bekasi menggempur bangli di berbagai titik yang selama ini jadi sumber kekacauan tata ruang. Dari Babelan, Tarumajaya, hingga Tambun Selatan—semuanya dibabat habis.
Berikut daftar bangli yang sudah dilibas:
Baca Juga: Viral Pria Berseragam ASN Pungli Minta THR di Pasar Induk Cibitung, Bupati Bekasi Bilang Begini
600 bangli di sepanjang Kali Baru, Tambun Selatan
350 bangli di Kelurahan Bahagia, Babelan
83 bangli di Desa Srimahi
77 bangli di Desa Srijaya
37 bangli di kawasan BSH 0 (Cibitung, Cikarang Utara, Cikarang Barat)
18 bangli di Desa Setia Mekar
17 bangli di Kelurahan Setia Asih, Tarumajaya
Langkah ini jelas jadi bukti bahwa Pemkab Bekasi tidak main-main. Di bawah kendali "Si Raja Bongkar", daerah ini sedang dibersihkan dari belenggu bangunan ilegal yang selama ini menggerogoti wajah kota.
Butuh nyali untuk menghadapi risiko politik dari penertiban ini. Tapi Ade Kunang justru memilih maju terus, membongkar yang semrawut, menata yang berantakan. Dan Dedi Mulyadi, sebagai tokoh senior, memberikan restu penuh: jika perlu dibayar—"saya yang bayar", katanya.
Sinyal tegas bahwa publik butuh pemimpin yang berani, bukan yang hanya pandai menjaga citra.