Dampak Buruk Sound Horeg 130 Desibel Bagi Kesehatan: Tuli, Tinnitus, Hingga Rusak Sel Koklea
Kesehatan

Fenomena sound horeg—istilah untuk sistem pengeras suara berdaya besar yang biasa dipakai di acara hajatan kampung, konser mini, hingga pawai—semakin marak di berbagai daerah. Namun di balik keseruannya, ternyata tersimpan ancaman serius bagi kesehatan dan lingkungan, apalagi jika kekuatan suaranya mencapai 130 desibel (dB).
Apa Itu 130 Desibel?
Perangkat sound horeg yang ramai di Jawa Timur. [Insagram]Untuk memberi gambaran, berikut perbandingan tingkat kebisingan:
60 dB: Percakapan normal
Baca Juga: Putuskan Sound Horeg Haram, Ini Penjelasan Bahtsul Masail Ponpes Besuk Pasuruan
85 dB: Lalu lintas padat
100 dB: Konser musik
120 dB: Mesin jet dari jarak 100 meter
Baca Juga: Profil Lengkap Edi Sound, Penemu Sound Horeg yang Bikin Geger!
130 dB: Ambang batas rasa sakit pada telinga manusia
Artinya, sound horeg yang mencapai 130 dB bukan hanya kencang, tapi sudah masuk kategori berbahaya.
Dampak Langsung pada Kesehatan Pendengaran
1. Kerusakan Permanen pada Pendengaran
Kwekuatan suara Sound Horeg cap[ai 130 desibel setara dengan suara mesin pesawat jet. [Instagram]Paparan suara lebih dari 120 dB bahkan dalam hitungan detik bisa menyebabkan kerusakan pada sel-sel rambut di dalam koklea (bagian dalam telinga). Jika terus-menerus terpapar, kerusakan ini bisa permanen. Akibatnya, pendengaran bisa menurun secara signifikan atau bahkan hilang total.
2. Tinnitus Suara berdenging terus-menerus di telinga, yang dikenal sebagai tinnitus, sering dialami oleh orang yang terlalu sering berada di dekat sumber suara ekstrem. Ini bisa sangat mengganggu dan dalam beberapa kasus berdampak pada kualitas tidur hingga kesehatan mental.
3. Tekanan Fisik pada Organ Tubuh Suara ekstrem pada 130 dB bisa menimbulkan tekanan fisik pada dada dan organ dalam. Meski tidak menyebabkan kematian langsung, paparan berulang bisa membuat tubuh mengalami stres yang tidak disadari.
Dampak pada Lingkungan dan Sosial:
1. Mengganggu Ketentraman Warga Sound horeg sering kali diputar tanpa memperhatikan waktu—siang bolong hingga tengah malam. Ini jelas mengganggu warga sekitar, terutama lansia, anak-anak, dan bayi yang butuh ketenangan. Banyak warga mengaku mengalami gangguan tidur dan stres akibat suara yang tak kunjung berhenti.
2. Mengganggu Satwa dan Ekosistem
Suara 130 dB tak hanya berbahaya bagi manusia, tetapi juga bisa menyebabkan disorientasi pada hewan, terutama burung dan anjing. Banyak hewan menjadi gelisah, menjauh dari sarangnya, bahkan mengalami gangguan sistem saraf.
3. Merusak Struktur Bangunan
Getaran dari sound system yang sangat kuat dalam frekuensi rendah bisa menyebabkan keretakan ringan pada tembok, jendela, atau langit-langit bangunan, terutama rumah-rumah tua. Mungkin tidak terlihat langsung, tapi dalam jangka panjang bisa berdampak serius.
Mengapa Banyak Orang Masih Memakainya?
Alasannya sederhana: meriah. Sound horeg dianggap mampu “menaikkan gengsi” dalam pesta atau hajatan. Banyak orang berpikir, makin keras suara, makin ramai acaranya. Sayangnya, sebagian besar belum sadar bahwa yang mereka anggap hiburan, bisa menjadi mimpi buruk bagi orang lain.
Regulasi Masih Lemah
Meski sudah ada aturan mengenai batas kebisingan di ruang publik (umumnya maksimal 70 dB di lingkungan pemukiman), penegakannya masih lemah. Banyak daerah belum memiliki sistem pengawasan atau sanksi yang tegas. Bahkan, permintaan untuk menurunkan volume sering diabaikan.