Kesehatan

Data Kemenkes: 37% Orang Makan Gorengan Tiap Hari

24 Oktober 2025 | 07:08 WIB
Data Kemenkes: 37% Orang Makan Gorengan Tiap Hari
bahaya makan gorengan

Gorengan adalah salah satu makanan yang paling digemari masyarakat Indonesia. Mulai dari pisang goreng, tahu isi, tempe mendoan, hingga bakwan, kudapan renyah ini mudah ditemukan di hampir setiap sudut kota dan desa. Namun, di balik kenikmatannya, kebiasaan mengonsumsi gorengan secara berlebihan menyimpan bahaya serius bagi kesehatan, terutama jantung, kolesterol, dan berat badan.

rb-1

Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2023 menunjukkan bahwa 51,7 persen penduduk usia tiga tahun ke atas mengonsumsi makanan berlemak tinggi, termasuk gorengan, sebanyak satu hingga enam kali per minggu. Lebih mencengangkan, 37,4 persen di antaranya mengaku mengonsumsi gorengan setiap hari. Kebiasaan ini bukan lagi sekadar persoalan selera, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup yang sulit dihindari, padahal sejumlah penelitian medis memperingatkan bahwa konsumsi gorengan rutin dapat meningkatkan risiko penyakit berbahaya.

Baca Juga: Jambu Biji: 7 Manfaat Hebat untuk Imun & Jantung Berikut Cara Konsumsinya

rb-3

Bukti Medis: Bagaimana Gorengan Memicu Penyakit Kardiovaskular?

Sebuah meta-analisis yang dipublikasikan di Journal of the American Heart Association pada 2021 menyebutkan bahwa orang yang paling sering mengonsumsi gorengan memiliki risiko 28 persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular besar, 22 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner, dan 37 persen lebih tinggi mengalami gagal jantung dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsinya. Hasil serupa ditemukan dalam penelitian di Inggris yang menggunakan data UK Biobank, di mana konsumsi gorengan berlebihan dikaitkan dengan risiko obesitas umum dan penumpukan lemak perut (obesitas abdominal), yang menjadi pemicu berbagai penyakit metabolik.

Penelitian lokal di Indonesia juga mendukung temuan tersebut. Studi di Yogyakarta menunjukkan adanya hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi gorengan dan peningkatan risiko diabetes melitus tipe 2. Sementara penelitian lain yang dipublikasikan dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Unnes menemukan bahwa konsumsi gorengan rutin menjadi faktor risiko utama hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) dengan rasio prevalensi mencapai 5,42. Fakta-fakta ini mengindikasikan bahwa bahaya gorengan bukan hanya teori, tetapi sudah terbukti secara ilmiah.

Baca Juga: Benarkah Rokok Redakan Stres? Ini Bukti Sainsnya

Secara medis, bahaya gorengan disebabkan oleh proses penggorengan itu sendiri. Ketika minyak dipanaskan berulang kali, terutama pada suhu tinggi, akan terbentuk senyawa berbahaya seperti trans fat dan produk oksidasi lemak yang dapat memicu peradangan di dalam tubuh. Lemak jenuh dan trans fat yang tinggi diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), sehingga memperbesar risiko penyumbatan pembuluh darah. Selain itu, gorengan umumnya juga tinggi kalori, rendah serat, dan sering dikonsumsi bersama karbohidrat olahan — kombinasi yang mempercepat kenaikan berat badan serta resistensi insulin.

bahaya gorengan dari minyak jelantahbahaya gorengan dari minyak jelantah

Ancaman Tersembunyi: Bahaya Kimiawi dari Minyak Jelantah dan Tips Mengurangi Risiko

Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan penggunaan minyak jelantah di kalangan pedagang kaki lima. Sebagaimana dilaporkan The Jakarta Post, praktik penggunaan minyak goreng yang sama berulang kali hingga berubah warna pekat dan berbau tengik masih sering dijumpai. Padahal, minyak yang telah teroksidasi mengandung senyawa aldehida beracun yang dapat memicu kanker, gangguan hati, serta mempercepat penuaan sel tubuh.

Meskipun demikian, bukan berarti gorengan harus dihapus sepenuhnya. Para ahli menyarankan agar konsumsi gorengan dibatasi dan tidak dilakukan setiap hari. Jika ingin mengonsumsinya, gunakan minyak dengan titik asap tinggi seperti minyak kelapa murni atau minyak kanola, jangan gunakan minyak yang sama lebih dari dua kali, dan tiriskan gorengan agar tidak terlalu berminyak. Menyeimbangkan pola makan dengan memperbanyak sayur, buah, serta biji-bijian, serta rutin berolahraga, juga dapat membantu menekan dampak buruk dari makanan berlemak tersebut.

Pada akhirnya, kenikmatan sesaat dari sepotong gorengan tidak sebanding dengan risiko kesehatan jangka panjang yang ditimbulkannya. Banyak orang menganggap gorengan hanyalah camilan ringan, padahal di balik renyahnya tersimpan ancaman bagi jantung, pembuluh darah, dan metabolisme tubuh. Dengan memahami risiko ini, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam mengatur pola makan dan menjadikan konsumsi gorengan sebagai pilihan sesekali, bukan kebiasaan harian. Kesehatan tubuh bukan hanya tentang menghindari penyakit, tetapi juga menjaga keseimbangan dalam setiap aspek gaya hidup.

Tag GayaHidupSehat BahayaGorengan JantungSehat KolesterolTinggi TransFat PolaMakan KesehatanTubuh