Deretan Kontroversi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang Bikin Publik Geram
Nasional

Baru beberapa hari menjabat sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) menggantikan Sri Mulyani Indrawati pada Senin, 8 September 2025, Purbaya Yudhi Sadewa langsung menjadi sorotan publik.
Bukannya menuai pujian, sosok ekonom senior ini justru memicu sederet kontroversi yang membuat masyarakat marah dan ramai dibicarakan di media sosial.
Berikut deretan kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa dalam waktu singkat menjabat sebagai Menkeu.
1. Respons Blunder atas Tuntutan 17+8
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa memberi hormat ke Presiden Prabowo. [YouTube Sekretariat Presiden]Kontroversi terbesar muncul dari tanggapan Purbaya terkait gerakan tuntutan 17+8 yang digaungkan oleh berbagai elemen masyarakat dan influencer.
Dalam pernyataannya, Purbaya menyebut tuntutan tersebut hanya mewakili sebagian kecil rakyat yang “merasa keganggu hidupnya masih kurang”.
Ucapan itu memicu gelombang kemarahan publik karena dianggap meremehkan kondisi masyarakat yang sedang kesulitan ekonomi.
Kritik deras mengalir di media sosial hingga membuat nama Purbaya masuk jajaran trending topic. Menanggapi reaksi keras tersebut, Purbaya akhirnya meminta maaf.
Ia mengakui ucapannya salah dan menyatakan bahwa tuntutan itu sebenarnya mencerminkan keresahan mayoritas masyarakat. "Saya akan belajar lebih berhati-hati dalam berbicara ke depan,” ujarnya.
2. Gaya Bicara "Koboi" dan Julukan “Menteri Kagetan”
Purbaya sendiri mengakui bahwa dirinya masih dalam tahap penyesuaian sebagai pejabat baru di Kementerian Keuangan.
Ia menyebut gaya komunikasinya terkesan “koboi” dan bahkan menyebut dirinya sebagai “menteri kagetan”.
Namun, gaya bicara blak-blakan ini justru menimbulkan kontroversi.
Banyak pihak menilai sikap tersebut tidak sesuai dengan posisi strategis seorang Menkeu, apalagi di era media sosial di mana setiap pernyataan pejabat bisa berdampak luas pada kepercayaan publik maupun pasar.
3. Kedekatan dengan Figur Politik Kontroversial
Purbaya dan istri. [Instagram]Selain soal pernyataan publik, Purbaya juga dikaitkan dengan kedekatannya bersama Luhut Binsar Panjaitan.
Hubungan ini memicu spekulasi mengenai arah kebijakan fiskal yang akan dijalankannya.
Sejumlah analis memperingatkan adanya risiko kebijakan yang terlalu condong mengikuti arahan politik tanpa mempertimbangkan disiplin fiskal.
Kekhawatiran ini semakin membesar setelah sosok Sri Mulyani, yang selama ini dianggap sebagai jangkar stabilitas fiskal Indonesia, tidak lagi berada di kursi Menkeu.
Kegelisahan pun muncul, baik di kalangan pasar maupun masyarakat, terkait masa depan kebijakan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Purbaya.