Dewi Perssik Bongkar Perjuangan Zaman Dulu: Viral Itu Mudah, Bertahan yang Sulit
Pedangdut senior Dewi Perssik kembali mengenang perjalanan kariernya yang penuh liku saat memberikan wejangan kepada para peserta D’Academy. Pelantun “Mimpi Manis” itu menyoroti perbedaan besar antara perjuangan artis pada era 2000-an dengan generasi milenial saat ini.
Menurut Dewi, tantangan terbesar di masanya adalah akses menuju televisi. Tidak ada jalan pintas; kualitas karya menjadi satu-satunya kunci untuk menembus industri hiburan.
Baca Juga: Lirik Lesung Pipi, Lagu Raim Laode Didangdutin Dewi Perssik
Dewi bercerita bahwa agar bisa dilirik stasiun TV, seorang penyanyi harus memiliki lagu yang benar-benar meledak di pasaran. Ia mengenang ketika lagu “Bintang Pentas” menjadi tiket emas yang membuatnya dikontrak SCTV. Dari program “Sang Bintang”, kariernya melesat hingga membintangi sinetron fenomenal Mimpi Manis.
“Aku penyanyi dangdut pertama dengan rating nomor satu saat itu,” kenang Dewi dengan bangga. Ia meyakini pencapaian tersebut merupakan hasil ketekunan belajar dan keberuntungan dari Tuhan, bukan proses instan.
Viral Bukan Jaminan Bertahan
Baca Juga: Dewi Perssik Ledek Raffi Ahmad Pernah Punya Teman Pedangdut, Ayu Ting Ting?
Dewi Perssik ungkap perjuangan ia saat awal karier (FTNews/Raka)
Dalam obrolan hangat tersebut, Dewi menyoroti era digital yang memberikan banyak kemudahan. Menurutnya, anak muda sekarang memiliki “jalan tol” menuju popularitas. Cukup viral di media sosial, kesempatan muncul di televisi langsung terbuka.
Namun, Dewi memberikan peringatan tegas. Mantan istri Saipul Jamil itu menegaskan bahwa mudah masuk TV tidak berarti mudah bertahan lama di industri hiburan.
“Mudah masuk TV bukan berarti mudah bertahan,” tegasnya. Dewi meminta generasi muda untuk tidak terlena dengan popularitas singkat dan tetap fokus mempertahankan konsistensi.
Fasilitas Mewah D’Academy vs Perjuangan Dulu
Dewi Perssik bandingkan fasilitas dulu dan sekarang saar berjuang di industri dangdut (FTNews/Raka)
Menutup pembicaraan, Dewi membandingkan fasilitas para peserta D’Academy dengan masa perjuangannya. Jika kini peserta disediakan pelatih vokal hingga koreografer, dulu ia harus belajar semuanya secara otodidak.
“Aku dulu harus belajar otodidak,” tandasnya.
Dewi berharap kemudahan fasilitas saat ini dapat membuat peserta lebih menghargai kesempatan. Ia menekankan pentingnya semangat belajar sepanjang hayat seperti yang masih ia lakukan hingga hari ini.