Diputar di Cinémathèque Paris, Nia Dinata Siapkan Sekuel Berbagi Suami

Sutradara Nia Dinata membagikan kabar menggembirakan terkait film Berbagi Suami. Ia mengatakan film tersebut akan diputar di Cinémathèque Paris mulai 10 Desember dalam program bertajuk Panorama of Indonesia.

Nia menjelaskan bahwa undangan ini datang sejak awal tahun. Filmnya dipilih sebagai satu-satunya karya dari sutradara perempuan karena film itu mewakili isu perempuan di Tanah Air.

"Kami di-approach oleh Kedutaan Besar Prancis. Kayaknya bulan-bulan antara Februari, kalau enggak salah Maret, April gitu. Dan kemudian, itu juga jadi membuat saya kayak, 'Oh, orang ternyata ingat ya Berbagi Suami' gitu ya," tutur Nia Daniati ditemui di Matraman, Jakarta Pusat pada Rabu (19/11/2025).

Baca Juga: Perdana Main Film, Tiwi Eks T2 Ungkap Pengalaman Debut di Jangan Panggil Mama Kafir

Nia juga mengaku terharu karena film tersebut masih diingat banyak orang setelah hampir dua dekade. Ia mengatakan generasi yang lebih tua masih mengenang film itu sebagai karya penting.

Kunjungan ke lokasi screening di Paris membuatnya kembali bernostalgia. Ia bercerita selalu menyempatkan diri ke Cinémathèque Paris karena gedungnya dirancang arsitek favoritnya, Frank Lloyd Wright.

Baca Juga: Adegan Ranjang di Film Terbaru, Rio Dewanto dan Faradina Mufti Dibantu Intimacy Coordinator, Apa Itu?

Berbagi Suami akan diputar di Cinémathèque Paris. [FTNews/Raka]

Momen ini pula yang memicu keinginan Nia untuk menulis Berbagi Suami 2.0. Ia mengatakan, “Itu juga men-trigger saya untuk menulis Berbagi Suami 2.0.”

Nia juga mengingat bagaimana aktris Jajang C. Noer dulu memberikan input tentang menopause untuk karakter Salma. Jajang saat itu baru memasuki masa menopause dan meminta karakternya digambarkan berada di fase itu.

“Gue lagi menopause nih... gue mau bikin karakter gue seolah-olah on the verge of menopause,” kata Jajang seperti ditirukan Nia.

Nia mengatakan bahwa isu menopause kini lebih terbuka untuk dibahas. Ia berencana mengangkatnya lebih jelas dalam Berbagi Suami 2.0.

Menurutnya, perempuan menjalani berbagai fase yang memengaruhi cara mereka melihat hidup. Ia melihat film ini sebagai kesempatan untuk menceritakan perjalanan perempuan dari usia 20-an, 30-an, hingga 50-an.

Melalui sekuel ini, Nia berharap dapat menggambarkan dinamika perempuan Gen Z, late millennial, hingga Gen X dalam satu payung besar. Ia merasa tema itu masih relevan dan layak diangkat kembali.