Gara-Gara Nonton Sinetron, Bahasa Anak Sekolah Malaysia Berubah

Lifestyle

Sabtu, 05 Juli 2025 | 20:21 WIB
Gara-Gara Nonton Sinetron, Bahasa Anak Sekolah Malaysia Berubah
Kolase ibu guru malaysia (Instagram)

Kemajuan teknologi telah membawa berbagai manfaat, namun juga menghadirkan tantangan baru termasuk dalam hal berbahasa. Di Malaysia, fenomena perubahan gaya tutur dan pilihan kosakata di kalangan pelajar kian mendapat sorotan. Tayangan populer dari negara tetangga, khususnya sinetron dan konten daring asal Indonesia, disebut-sebut menjadi salah satu faktor yang memengaruhi cara anak-anak berbicara dan menulis.

rb-1

Fenomena ini diungkapkan oleh seorang guru sekolah menengah, Cikgu Gja, melalui unggahan di akun Facebook miliknya. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap kecenderungan siswa yang mulai meninggalkan penggunaan bahasa Melayu standar dalam tulisan karangan mereka, dan secara tidak sadar mengadopsi kosakata dari bahasa Indonesia.

Baca Juga: Endang Yustika Anak Siapa? Sosok Pengusaha 26 Tahun Viral Kena Pungli di KRB

rb-3

“Kalau menulis karangan, gunakanlah bahasa kebangsaan yang betul. Jangan terpengaruh penuh dengan bahasa sinetron,” tulisnya dalam unggahan yang menuai banyak respons dari sesama pendidik.

Cikgu Gja memberi contoh sejumlah kata seperti "merencanakan", "rumah sakit", dan "teman-teman", yang kini lebih sering muncul dalam karangan siswa dibanding padanan lokal seperti "merancang", "hospital", dan "rakan-rakan". Meski secara linguistik tidak sepenuhnya salah, konteks penggunaannya dianggap mengikis kekayaan bahasa nasional Malaysia.

“Apa yang Ditonton, Itu yang Mereka Tulis”

Ilustrasi anak belajar (Pixabay)Ilustrasi anak belajar (Pixabay)

Baca Juga: Heboh di Sekolah Dasar, Tren Gasing Penghapus Bikin Guru Ketar-Ketir

Menurut Cikgu Gja, apa yang ditulis anak-anak dalam karangan tidak lepas dari apa yang mereka konsumsi secara visual. Tayangan sinetron atau video YouTube yang dominan berbahasa Indonesia membuat siswa meniru secara spontan tanpa menyaring konteks dan struktur bahasa yang tepat.

“Apa yang mereka tonton, itulah yang mereka tulis,” ujarnya. Ia menambahkan, kebiasaan ini bukan hanya memengaruhi pelajaran bahasa Melayu, tetapi juga berdampak pada pemahaman nilai-nilai lokal yang terkandung dalam bahasa ibu.

Ia pun mengajak orang tua untuk turut ambil bagian dalam membimbing anak, bukan hanya dalam pemilihan tontonan yang sesuai, tetapi juga dalam penggunaan bahasa di rumah. “Kita tidak dapat mengontrol seluruh isi internet, tetapi kita dapat menjadi penyeimbang di rumah,” katanya.

Menjaga Bahasa, Menjaga Identitas

Guru Malaysia (Instagram)Guru Malaysia (Instagram)

Respon dari kalangan guru dan tenaga pendidik lain pun ramai membanjiri unggahan Cikgu Gja. Banyak di antaranya yang mengungkapkan pengalaman serupa, di mana siswa semakin banyak menggunakan istilah asing atau lintas negara dalam tugas-tugas sekolah. Fenomena ini disebut sebagai “pergeseran bahasa” yang perlu diwaspadai.

Meski hidup di tengah era digital dan budaya global, menjaga kemurnian bahasa tetap menjadi bagian penting dalam mempertahankan identitas bangsa. Peran guru tidak akan cukup tanpa dukungan dari orang tua, lingkungan sosial, dan kebijakan pendidikan yang adaptif namun tetap berakar pada nilai lokal.

“Bahasa mencerminkan bangsa,” kata Cikgu Gja. Ia berharap para siswa tidak hanya sekadar fasih berbahasa, tetapi juga memahami nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Tag viral guru malaysia bahasa indonesia

Terkini