Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok Rp14.000 saat Natal, Profit Taking Jadi Biang Kerok
Harga emas Antam Logam Mulia pada Kamis, 25 Desember 2025, mengalami penurunan signifikan sebesar Rp14.000 per gram.
Harga jual emas Antam kini berada di level Rp2.576.000 per gram, turun dari rekor tertinggi sepanjang masa Rp2.590.000 per gram yang tercatat sehari sebelumnya.
Seiring dengan itu, harga buyback emas Antam juga ikut terkoreksi ke Rp2.435.000 per gram, di tengah kondisi pasar global yang sepi transaksi akibat libur Natal internasional.
Baca Juga: Prediksi Harga Emas Antam 22 Desember 2025, Berpotensi Lanjut Naik
Meski terkoreksi harian, analis menilai penurunan ini masih tergolong wajar dan sehat, mengingat emas telah reli tajam selama lima hari beruntun dengan lonjakan lebih dari Rp150.000 sejak 19 Desember 2025.
Detail Penurunan Harga Emas Antam
Pada perdagangan hari ini, harga emas Antam 1 gram dibanderol Rp2.576.000, belum termasuk pajak PPh 0,45 persen bagi pemilik NPWP atau 0,9 persen untuk non-NPWP. Jika sudah dikenakan pajak, harga emas 1 gram menjadi Rp2.582.440 untuk pemilik NPWP.
Baca Juga: Investor Waspada! Prediksi Harga Emas Antam 17 Desember 2025 Masih Fluktuatif
Sementara itu, harga buyback Logam Mulia tercatat Rp2.435.000 per gram, turun dari posisi sebelumnya Rp2.449.000.
Selisih harga jual dan beli tetap berada di kisaran Rp141.000, relatif stabil dibandingkan hari sebelumnya.
Koreksi ini sekaligus menghentikan reli emas Antam yang sempat mencetak all time high (ATH), namun level saat ini masih jauh di atas rata-rata harga emas sepanjang Desember yang berada di kisaran Rp2,45 juta per gram.
Harga Emas Antam Berdasarkan Pecahan Hari Ini
Berikut gambaran harga emas Antam Logam Mulia per Kamis, 25 Desember 2025:
Emas Antam 0,5 gram: Rp1.338.000
Emas Antam 1 gram: Rp2.576.000
Emas Antam 2 gram: Rp5.092.000
Emas Antam 5 gram: Rp12.655.000
Emas Antam 10 gram: Rp25.255.000
Emas Antam 25 gram: Rp63.012.000
Emas Antam 50 gram: Rp125.945.000
Emas Antam 100 gram: Rp251.812.000
Seluruh pecahan mengalami penurunan sejalan dengan koreksi harga emas 1 gram.
Faktor Penyebab Harga Emas Antam Turun
Emas Antam. [Instagram]Penurunan harga emas Antam hari ini terutama dipicu oleh aksi profit taking investor ritel setelah harga mencetak rekor tertinggi.
Selain itu, harga emas dunia terkoreksi sekitar 0,5 persen ke level US$4.480 per ons, seiring rebound sementara dolar AS.
Kondisi pasar Amerika Serikat dan Eropa yang tutup selama libur Natal juga membuat volume transaksi menipis.
Di dalam negeri, stabilnya nilai tukar rupiah di kisaran Rp16.550 per dolar AS turut menahan tekanan impor emas, meski aktivitas transaksi fisik melambat karena banyak gerai Logam Mulia dan Pegadaian tutup selama libur Nataru.
Perbandingan dengan Emas UBS dan Pegadaian
Tak hanya Antam, harga emas dari kompetitor juga mengalami koreksi. Emas UBS 1 gram diperdagangkan di kisaran Rp2.570.000, dengan buyback sekitar Rp2.430.000 per gram.
Sementara itu, harga emas Pegadaian Tabungan Emas berada di level Rp2.648.000 per gram.
Meski lebih mahal, emas Antam tetap memiliki premi Rp6.000–Rp10.000 per gram berkat sertifikasi internasional LBMA yang menjamin kualitas dan likuiditasnya.
Strategi Investasi Emas di Tengah Koreksi
Emas Antam. [Instagram]Analis menyarankan investor untuk tidak panik menjual emas di tengah koreksi sementara ini.
Bagi investor jangka menengah hingga panjang, penurunan harga justru bisa dimanfaatkan untuk akumulasi atau average down, terutama jika harga turun ke bawah Rp2.570.000 per gram.
Strategi jual parsial dapat dipertimbangkan jika harga kembali menembus Rp2.600.000 per gram untuk mengunci keuntungan.
Untuk transaksi selama libur Natal, investor disarankan memanfaatkan layanan online seperti Pegadaian Digital atau platform resmi Logam Mulia.
Outlook Harga Emas Antam Pasca Natal
Ke depan, terdapat risiko koreksi lanjutan sekitar Rp20.000 per gram jika pasar global dibuka melemah.
Namun, potensi rebound kuat pekan depan masih terbuka, seiring proyeksi harga emas dunia menuju US$4.700 per ons.
Dalam jangka panjang, tren harga emas Antam tetap bullish, didorong oleh faktor inflasi global, ketidakpastian geopolitik, dan permintaan aset lindung nilai yang masih tinggi hingga 2026.