Hasan Nasbi Ungkap Pertimbangan Strategis Presiden Prabowo dalam Penunjukan 24 Calon Duta Besar RI
Nasional

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Hasan Nasbi, menjelaskan sejumlah pertimbangan penting yang mendasari keputusan Presiden Prabowo Subianto dalam menunjuk para calon duta besar Republik Indonesia (RI) tahun 2025.
Ia menegaskan bahwa penunjukan duta besar adalah hak prerogatif presiden yang didasari pada kebutuhan diplomatik, kondisi global, serta strategi hubungan luar negeri jangka panjang.
Hasan menyatakan bahwa kewenangan menunjuk duta besar sepenuhnya berada di tangan Presiden.
Dalam hal ini, Prabowo memegang kendali penuh untuk menyesuaikan kebutuhan diplomatik Indonesia di tengah dinamika internasional yang terus berubah.
“Kalau penunjukan duta besar itu memang hak prerogatif Presiden. Pertimbangannya tentu banyak. Termasuk juga pertimbangan situasi global yang berkembang, tentu menjadi perhatian besar dari Presiden Prabowo,” ujarnya di Gedung Kwarnas Pramuka, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).
Pernyataan ini sekaligus menegaskan bahwa dalam kebijakan luar negeri Prabowo.
Penempatan diplomat bukan hanya urusan teknis, tapi bagian dari strategi geopolitik Indonesia secara menyeluruh.
Komposisi Calon Dubes: Kombinasi Diplomat Karier dan Tokoh Nonkarier
Para calon Dubes RI. [Instagram]Dari total 24 calon duta besar yang diajukan Presiden Prabowo, sebanyak 18 orang berasal dari jalur diplomat karier, sementara 6 sisanya adalah tokoh dari kalangan nonkarier.
Namun, menurut Hasan, penunjukan ini tidak sekadar berdasarkan latar belakang birokrasi, melainkan juga pada aspek kompetensi dan jejaring sosial.
“Dari 24 ini, mungkin 18 calon karier ya? Mereka diplomat di Kementerian Luar Negeri. Sisanya adalah orang-orang yang dinilai punya keluwesan, koneksi luas, dan pemahaman terhadap negara tujuan. Jadi tidak melulu soal karier, tapi soal kemampuan dan relevansi dengan kebutuhan kita,” ucap Hasan.
Penjelasan ini sekaligus merespons publik yang mempertanyakan kehadiran non-diplomat di daftar calon duta besar RI tahun 2025.
Ia menekankan bahwa integritas, pengalaman internasional, dan kekuatan jaringan di negara tujuan adalah hal vital.
Mengisi Kekosongan dan Perkuat Hubungan Bilateral
Para calon Dubes RI. [Instagram]Hasan juga menjelaskan bahwa penunjukan para calon dubes ini untuk segera mengisi posisi-posisi kosong di sejumlah negara sahabat.
Kekosongan tersebut berisiko menghambat diplomasi Indonesia dalam berbagai sektor, baik ekonomi, politik, budaya, maupun keamanan.
“Ini bukan sekadar pengisian jabatan, tapi juga bagian dari misi besar untuk mempererat hubungan Indonesia dengan dunia. Diharapkan ke depan para duta besar ini bisa meningkatkan kemitraan strategis tidak hanya dalam bidang ekonomi atau diplomasi, tapi juga dalam menciptakan perdamaian global,” jelas Hasan.
Pernyataan ini senada dengan visi Presiden Prabowo soal stabilitas tatanan dunia, yang sering kali ia suarakan dalam forum internasional.
Fokus ke Amerika Serikat: Penempatan Strategis demi Kepentingan Jangka Panjang
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. [Instagram]Secara khusus, Hasan menyinggung posisi duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat, yang sudah lama kosong.
Menurutnya, pengisian posisi ini sangat mendesak mengingat pentingnya hubungan Indonesia-AS, bukan hanya karena isu tarif atau kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump sebelumnya, tapi juga untuk tujuan diplomatik jangka panjang.
“Amerika Serikat adalah mitra penting. Posisi dubes di sana sudah lama kosong dan harus segera diisi. Ini bukan hanya untuk kebijakan jangka pendek, tapi untuk menjaga kesinambungan hubungan bilateral dalam bidang ekonomi, teknologi, pertahanan, dan lainnya,” tegas Hasan.
Ia menambahkan bahwa kehadiran duta besar di Washington DC nantinya akan menjadi elemen penting dalam strategi memperkuat hubungan diplomatik Indonesia-Amerika Serikat ke depan.