Hasil Riset LSI Denny JA: 7 Program Kerja Pemerintahan Prabowo Tuai Respons Positif Publik, Apa Saja?
Nasional

Sebanyak tujuh dari delapan program kerja pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mendapat respons positif dari publik. Hal ini berdasar hasil analisi dan riset Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA.
Ketujuh program kerja tersebut yakni mencakup swasembada pangan, peningkatan kesejahteraan guru dan rehabilitasi sekolah, target pertumbuhan ekonomi 8 persen salah satunya melalui transisi menuju energi hijau.
Kemudian, makan bergizi gratis untuk menghapus stunting, pembangunan 3 juta rumah, kenaikan upah minimum nasional (UMN) hingga 6,5 persen pada 2025, dan bantuan gizi untuk ibu hamil serta ibu menyusui.
Baca Juga: Instruksi Presiden Prabowo Subianto: TNI-Polri Tindak Tegas Penjarahan dan Perusakan Fasilitas Umum
Pendiri LSI Denny JA, Denny Januar Ali mengatakan, penelitian itu dilakukan pihaknya selama satu bulan. Dari tanggal 20 November-20 Desember 2024.
"Dalam penilaian sentimen, hanya dipilih sentimen positif dan sentimen negatif. Yang netral tidak diikutsertakan," ungkapnya, Kamis (26/12/2024).
Metodologi riset yang dilakukan menggunakan pendekatan komputasional. Yakni dilakukan salah satunya dengan memetakan persepsi publik dalam platform-platform digital.
Baca Juga: Disebut Gubernur Tercantik, Sherly Tjoanda Wakili Ratusan Kepala Daerah Baca Sumpah Jabatan
Di antaranya seperti media sosial, media-media berbasis web, forum-forum diskusi online, dan podcast.
"Riset ini menghasilkan gambaran kuantitatif berdasarkan jumlah percakapan dan persentase sentimen positif serta negatif yang muncul terhadap setiap program. Riset juga dilengkapi dengan analisis kualitatif berdasarkan analisis pendapat ahli," paparnya.
Dalam riset itu, LSI Denny JA menemukan ada 2.505 frekuensi percakapan terkait program perbaikan gizi untuk ibu hamil. Di mana 53,7 persen di antaranya berupa sentimen positif, sementara 46,3 persen sentimen negatif.
"Program ini diapresiasi, karena menyasar kelompok rentan, yaitu ibu hamil dan anak. Namun, kritik muncul terkait realisasi di lapangan, terutama di daerah terpencil," ucapnya.
Untuk program swasembada pangan, ada 7.922 frekuensi percakapan, yang 70 persen di antaranya positif, dan 30 persen sisanya negatif.
Dalam bagian analisis, publik disebut optimistis program swasembada pangan pemerintah dapat meningkatkan ketahanan pangan.
Namun demikian, publik juga menyoroti target pemerintah yang ambisius dan efisiensi penggunaan anggaran untuk program tersebut.
Program pemerintah lainnya yang menuai respons positif, yaitu perbaikan kesejahteraan guru dan rehabilitasi sekolah.
Ada 17.925 frekuensi percakapan terkait program itu, yang 71,6 persen di antaranya positif, sementara 28,4 persen lainnya negatif.
"Dukungan kuat muncul dari masyarakat, khususnya terkait kesejahteraan guru. Tantangan utamanya adalah memastikan distribusi anggaran yang berkeadilan," tuturnya.
Terkait persepsi publik terhadap target pertumbuhan ekonomi 8 persen dan transisi menuju energi hijau, juga positif. Ada 8.002 frekuensi percakapan yang 58 persen di antaranya positif, dan 42 persen negatif.
LSI Denny JA menyebut temuan riset menunjukkan masih ada yang skeptis terhadap target pertumbuhan tinggi yang dicanangkan pemerintah.
Kemudian untuk program makan bergizi gratis, ada 2.264 frekuensi percakapan yang 52,7 persen di antaranya sentimen positif. Sementara 47,3 persen lainnya negatif.
Adapun tantangan utama program itu ialah realisasi makan bergizi gratis dan program-program penghapusan stunting lainnya di daerah terpencil.
Dari hasil riset, LSI Denny JA menemukan program membangun 3 juta rumah juga direspons positif dengan total 4.190 frekuensi percakapan dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Dari jumlah itu, 53,7 persen di antaranya merupakan sentimen positif, dan 46,3 persen sentimen negatif.
"Program ini dianggap sebagai langkah maju mengatasi perumahan bagi masyarakat miskin. Kritik muncul terkait pendanaan dan waktu realisasi," kata Denny.
Terakhir, program kenaikan upah minimum nasional pun mendapat respons positif dengan 5.248 frekuensi percakapan, yang 52,6 persen di antaranya sentimen positif, dan 47,4 persen sentimen negatif.
Adapun satu wacana yang mendapat respons negatif yaitu terkait Pilkada melalui DPRD.
Sebanyak 1.629 frekuensi percakapan yang 23,7 persen di antaranya sentimen positif, dan 76,3 persen sentimen negatif.
LSI Denny JA menyebut publik khawatir jika wacana itu benar dilakukan, dapat melemahkan demokrasi dan meningkatkan risiko korupsi.
Berbekal temuan itu, pemerintah disarankan fokus pada implementasi program-program yang direspons positif oleh publik.
Kemudian, meningkatkan transparansi, dan memastikan program-program kerja pemerintah inklusif — artinya menjangkau seluruh daerah dan kelompok masyarakat.
Presiden Prabowo juga disarankan sebaiknya tak lagi menggulirkan wacana Pilkada dipilih DPRD karena kontraproduktif.