Forumterkininews.id, Jakarta – Sebuah penelitian terhadap masyarakat Amerika Serikat dan Denmark ungkap fakta, paparan polusi udara bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Mengutip American Pysichiatric Association (APA), studi itu menemukan adanya gejala dan perilaku kesehatan mental yang lebih tinggi pada manusia dan hewan yang terpapar polusi lebih dari rata-rata sebesar 73 persen.
Di Indonesia pun khususnya wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) status udara tidak sehat menurut IQair. Banyak masyarakat yang mulai mengalami keluhan batuk, sakit tenggorokan, dan pilek. Ternyata tak hanya kesehatan fisik, studi tersebut juga ungkap bukti polusi udara bisa pengaruhi kesehatan mental seseorang.
Dalam laporan Forum Ekonomi Dunnia, Clara G. Zundel, Ph.D., memberikan kesimpulan, orang yang menghirup udara tercemar mengalami perubahan dalam wilayah otak yang mengendalikan emosi. Mereka kemungkinan akan cepat cemas dan depresi dibanding mereka yang menghirup udara lebih bersih.
Sebuah studi di Harvard yang terbit pada Maret 2023 lalu memperjelas bukti itu, paparan polusi udara dengan partikel kecil PM2.5 seperti, nitrogen oksida, dan nitrogen dioksida dapat meningkatan risiko dimensia.
Anak-anak dan remaja memiliki dampak potensial yang sangat rentan terhadap polusi udara dan kesehatan mental. Karena mereka sedang mengalami masa perkembangan pada otaknya.
Gangguan Jiwa dan Kepribadian
Tinjauan penelitian lainnya menemukan, polusi udara juga dapat berkaitan dengan peningkatan risiko gejala depresi dan perilaku bunuh diri. Kualitas udara yang buruk meningkatkan risiko terhadap gangguan jiwa, bipolar, skizofeernia, depresi berat, dan gangguan kepribadian.
Mengutip artikel penelitian “Adakah Dampak Heterogen Polusi Udara Terhadap Kesehatan Mental?” tahun 2021 dari website National Library of Medicine, polusi udara berkontribusi pada kesehatan mental. Tetapi tingkat dampaknya berbeda dalam hal kebahagiaan, depresi, dan kecemasan.
Dampak yang terjadi dari polusi udara terhadap kesehatan mental berbeda menurut tingkat pendapatan, pendidikan, kepadatan penduduk, dan kesehatan fisik.
