Hobi Nge-â€vapeâ€: Wanita Ini Kapok, Paru-parunya Kolaps
Kesehatan

FTNews - Saat ini, merokok adalah salah satu permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia. Pasalnya, banyak bahaya-bahaya dan penyakit yang dapat menimpa dari sebatang lintingan tembakau tersebut.
Tidak hanya rokok konvensional, kini rokok elektrik seperti vape pun juga menjadi incaran anak-anak muda. Ternyata, rokok elektrik ini juga bahkan lebih berbahaya dari pada rokok konvensional.
Melansir New York Post, vape telah memakan korban seorang wanita muda dari Amerika Serikat (AS) bernama Karlee Ozkurt yang berusia 20 tahun. Paru-paru kanan wanita muda ini harus mengalami kolaps sebanyak dua kali, dan kini paru-parunya memiliki bekas luka yang permanen.
Baca Juga: Terungkap, Ini Efek Dehidrasi Bagi Tubuh yang Jarang Diketahui
“Anda tidak pernah berpikir sesuatu seperti ini akan terjadi pada diri Anda. Tetapi ini terjadi pada saya. Ini terasa seperti paru-paru saya terbakar api,†ungkap Ozkurt kepada SWNS.
“Saya terperangkap dalam pemikiran bahwa vaping itu keren. Tetapi ini itu bodoh. Saya tidak menyadarinya sampai itu sudah terlambat,†lanjutnya.
Berdasarkan sebuah studi, sebanyak 11,3 persen siswa SMA di AS menggunakan rokok elektrik dalam 30 hari terakhir. Meskipun, para pakar kesehatan sudah mengimbau bahaya dari rokok elektrik seperti luka di paru-paru, serangan jantung, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Mengenal Kato Nan Ampek, Landasan Bahasa Minang
Ozkurt mengatakan bahwa dirinya sudah menggunakan rokok elektrik sejak SMA pada umur 15 tahun saat ia melihat kakak kelasnya menggunakannya. Ia menganggap bahwa rokok elektrik terlihat lebih keren dan tidak lebih berbahaya daripada rokok konvensional.
Pada sebulan pertamanya, ia memaksakan dirinya untuk “menikmati†kegiatan ini, dan ini menjadi awal mula ia merasakan sakit pada paru-parunya.
Awal Mula Permasalahan pada Paru-parunya
Ilustrasi X-ray dari paru-paru. Foto: canva
Tiga tahun menggunakan rokok elektrik, paru-paru kanan Ozkurt mengalami kolaps pada November 2021 saat ia sedang nge-vape di kamar mandi kantornya.
“Tiba-tiba saya merasa saya telah menarik otot di punggung saya. Sekitar satu jam kemudian, saya mulai mengi,†paparnya.
Kantornya pun memutuskan untuk memulangkan Ozkurt. Ia merasa bahwa apa yang ia alami tidak cukup serius untuk ia bawa ke rumah sakit.
“Tetapi setelah semalaman tanpa tidur, saya masih merasakan kesakitan yang sama dan tidak dapat bernapas. Saya merasa saya akan meninggal,†jelas Ozkurt.
“Saya pergi ke klinik dan menjabarkan gejalanya. Sakit di dada, sesak nafas, dan sakit di punggung. Mereka langsung mengirim saya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) seketika,†lanjutnya.
Berdasarkan hasil X-ray, paru-parunya kolaps sebanyak 50 persen. Para dokter harus mengembangkan paru-parunya secara manual menggunakan suntikan.
Dokter pun juga mengingatkan dirinya untuk berhenti merokok. Namun, Ozkurt tidak mengindahkan imbauan tersebut.
Tiga bulan setelah kejadian, dirinya kembali nge-vape secara rutin kembali. Akhirnya, paru-parunya kembali kolaps dan kali ini ia harus menjalani operasi untuk menyatukan paru-parunya dengan dinding dadanya.
“Sehabis CT scan dan mengoperasi paru-paru saya, dokter saya melihat terdapat luka-luka di bagian bawahnya. Saat saya sadarkan diri, saya bertanya apakah penyebab dari ini. Dan ia mengatakan bahwa tidak ragu lagi karena nge-vape,†ceritanya.
Semenjak itu, Ozkurt berhenti menggunakan vape lagi dan berharap untuk tidak akan pernah menggunakan alat ini lagi.