Indonesia Dilanda Kemarau Basah, Netizen: Enak Cuaca Begini tidak Panas!
Nasional

Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Tapi menariknya, hujan masih kerap turun, bahkan beberapa kali dengan intensitas cukup tinggi. Di Jakarta misalnya, akhir-akhir ini hampir setiap hari turun hujan.
Sebagian masyarakat menyambut senang dengan cuaca seperti ini. “Enak seperti ini, jadi cuaca tidak terlalu panas. Hujan tapi tidak lama, asal jangan banjirrr,” kata netizen. “Kok lucu ya ada kemarau basah, kemarau tapi hujan. Tapi ya udah enak kok kayak gini.” Tulis netizen lain.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kondisi saat ini adalah kemarau basah, di mana curah hujan tinggi mencapai lebih dari 100 milimeter per bulan terjadi saat kemarau.
Baca Juga: Seorang Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Gempa Jumat Malam
BMKG memprediksi fenomena kemarau basah akan terus terjadi hingga puncaknya pada Agustus mendatang. Adapun wilayah Indonesia yang akan mengalaminya ialah sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat hingga tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan sebagian Papua bagian tengah.
Kemarau Penuh Juni-Agustus
Baca Juga: BMKG: 70 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan masa pancaroba dari hujan ke kemarau biasanya terjadi Maret-Mei. Namun, memasuki Juni hingga Agustus, sebagian besar wilayah akan mengalami musim kemarau penuh.
"Gerak semu matahari yang berada di sekitar 10–12 derajat lintang utara menyebabkan pemanasan perairan Indonesia. Akibatnya, penguapan dan kelembaban meningkat sehingga memicu hujan, terutama pada sore atau malam hari," kata Guswanto, dikutip dari percakapan dengan Pro RRI.
Ilustrasi/Foto: Dogukan Sahin, pexels.com
Meski begitu, lanjut Guswanto, hujan masih terjadi di beberapa daerah karena dinamika atmosfer yang masih aktif. BMKG menyebut fenomena ini sebagai kemarau basah.
Fenomena ini adalah ketika sudah memasuki musim kemarau, namun hujan masih turun secara sporadis dan tidak merata. Situasi ini juga menyebabkan cuaca yang berbeda antarwilayah yang berdekatan, misalnya Jakarta cerah sementara Bogor hujan.
Kondisi cuaca semacam ini berdampak pada berbagai sektor, termasuk pertanian, transportasi, dan aktivitas harian masyarakat. BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau prakiraan cuaca, terutama sebelum melakukan perjalanan jauh.***