Kasus Aqua: Salah Kaprah Pengertian Air Pegunungan, Ini Penjelasan Profesor ITB
Publik dikejutkan dengan terungkapnya fakta kalau air Aqua (minuman kemasan) bukan berasal dari pegunungan melainkan dari air bor. Hal itu terungkap dari video Dedi Mulyadi, Gubernur Jabar, yang viral di media sosial.
Dalam video tersebut Dedi Mulyadi sidak ke pabrik air mineral Aqua di Subang, Jawa Barat. Ia kaget begitu mendengar pengakuan dari pegawai perusahaan air mineral Aqua yang menyebutkan kalau sumber air berasal dari dalam tanah.
“Ini (sumber air Aqua) dibor (dari dalam tanah),” kaget Dedi Mulyadi saat mendengar penjelasan dari pihak Aqua soal sumber air bukan dari air pegunungan.
Baca Juga: Konsumen Kecewa Klaim Air Aqua vs Fakta Sumur Bor
Lalu orang pun kebingungan air bor dari tanah diklaim sebagai udara pegunungan. Bagaimana penjelasan sebenarnya.
Penjelasan Pakar Meluruskan Kesalahpahaman
Seperti diketahui, selama ini, banyak konsumen mengira bahwa udara pegunungan yang konsumsinya langsung diambil dari mata air permukaan yang mengalir di antara bebatuan.
Namun, pakar hidrogeologi memahami pemahaman itu dengan penjelasan ilmiah yang justru semakin memperkuat keyakinan akan kualitas dan keamanan udara pegunungan yang selama ini dikonsumsi masyarakat.
Profesor Lambok M. Hutasoit, pakar hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan bahwa air pegunungan sebenarnya berasal dari sistem akuifer alami yang terbentuk melalui proses geologi yang panjang dan kompleks.
Prosesnya dimulai ketika air hujan turun di kawasan pegunungan, kemudian meresap secara perlahan melalui berbagai lapisan batuan dan tanah. Proses resapan alami inilah yang menjadi kunci utama terbentuknya akuifer – lapisan batuan berpori yang menyimpan air bersih.
“Sumber air pegunungan itu berada dalam sistem akuifer yang dihasilkan dari proses alami di pegunungan, yaitu hujan yang meresap ke dalam tanah, lalu mengalir ke sumber udara dan diambil dari akuifer bawah tanah di pegunungan,” jelas Profesor Lambok, dalam keterangannya yang diterima InfoPublik, Rabu (22/10/2025).
Proses resapan yang bisa memakan waktu bertahun-tahun inilah yang secara alami menyaring udara dan mengisinya dengan mineral-mineral bermanfaat.
Industri Air Minum Dalam Kemasan
Pemilihan sumber air dari akuifer pegunungan oleh industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bukan tanpa alasan ilmiah yang kuat. Dibandingkan dengan air tanah biasa, air dari akuifer pegunungan memiliki kualitas yang lebih terjamin.
Profesor Lambok menegaskan bahwa tidak semua air tanah aman untuk dikonsumsi langsung. “Salah satunya ada Kromium VI yang sangat beracun. Jadi, tidak sembarangan menggunakan air tanah untuk air minum. Harus dianalisis kimianya terlebih dahulu,” tegasnya. Ancaman kontaminasi udara tanah dari berbagai sumber pencemar menjadi pertimbangan utama dalam memilih sumber air yang benar-benar aman.
Kualitas udara pegunungan juga sangat ditentukan oleh karakteristik lapisan batuan tempat akuifer terbentuk.
Menurut pakar ITB tersebut, batuan pasir, kapur, dan gamping dinilai ideal sebagai sumber udara karena kemampuan menyaring udara secara alami sekaligus melarutkan mineral-mineral penting. Sebaliknya, batuan lumpur dianggap kurang baik karena lebih rentan terhadap kontaminasi.
“Batu yang mengandung udara bisa ditemukan pada kedalaman dangkal maupun dalam. Tapi yang dangkal biasanya lebih rawan kontaminasi, baik dari toilet, selokan, maupun limbah lainnya,” paparnya.
Penjelasan itu semakin mempertegas mengapa air dari akuifer di kawasan pegunungan menjadi pilihan terbaik untuk memastikan keamanan dan kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat setiap hari.