Apa Pengertian Riya? Berikut 4 Cara Menghilangkannya
Penyakit batin yang kerap menghinggapi hati seorang mukmin adalah riya, yaitu melakukan ibadah dengan tujuan memperoleh perhatian atau pujian dari manusia. Para ulama menegaskan bahwa kondisi ini dapat menggerogoti keikhlasan dan merusak nilai ibadah seseorang.
Riya dalam Islam adalah sikap ketika seseorang melakukan ibadah atau amal kebaikan dengan tujuan ingin dipuji atau dilihat manusia. Sikap ini menunjukkan bahwa hatinya tidak benar-benar ikhlas mengharap ridha Allah.
Dalam ajaran Islam, riya digolongkan sebagai syirik kecil karena menjadikan penilaian manusia sebagai tujuan ibadah. Amal yang tercampur riya dapat batal pahalanya, bahkan bisa berubah menjadi dosa jika dilakukan untuk mencari sanjungan.
Baca Juga: Apa Hukum Meninggalkan Salat Jumat Tanpa Alasan Syar’i, Dicap sebagai Kemurtadan?
Riya disebut sebagai penyakit “tak kasat mata” karena sulit dideteksi, namun memiliki daya rusak besar terhadap amal saleh. Karena itu, umat Islam diimbau untuk selalu menjaga niat dan menjauhkan diri dari sifat tersebut saat menjalankan ibadah.
Ulama Imam Al-Ghazali di dalam kitab Minhajul Abidin ia menjelaskan, ada 4 pengingat yang bisa dijadikan sebagai cara untuk menghilangkan riya saat beribadah, yakni sebagaimana berikut seperti dikutip dari Hikmah di situs Kementerian Agama:
Baca Juga: Simbol Islam Ditampilkan di Waterbomb Festival Korea, Netizen Geram
1. Menyadari Kekurangan Diri
Posisi salat dalam Islam. (Ftnews-Copilot)Seorang muslim hendaknya menyadari bahwa dirinya adalah makhluk lemah yang penuh dengan kekurangan. Ketika sudah menyadari kekurangan yang ada dalam diri, tentu saja seorang muslim tidak akan berharap mendapatkan pujian, apalagi hanya dari manusia.
Imam Al-Ghazali kemudian mengutip firman Allah dalam Surat At-Thalaq ayat 12:
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ وَّمِنَ الْاَرْضِ مِثْلَهُنَّۗ يَتَنَزَّلُ الْاَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ەۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Artinya: “Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan (menciptakan pula) bumi seperti itu. Perintah-Nya berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.”