Kata ‘Maneh’ ke Ridwan Kamil yang Nyaris Pecat Guru, Kini Digugat Cerai Atalia
Gugatan cerai yang diajukan Atalia Praratya terhadap Ridwan Kamil di Pengadilan Agama Bandung, Jawa Barat, kembali menyeret perhatian publik pada berbagai dinamika yang pernah mengelilingi sosok mantan Gubernur Jawa Barat itu.
Selain kehidupan rumah tangganya yang kini menjadi sorotan, publik juga mengingat kembali sejumlah polemik lama yang sempat memicu perdebatan luas di ruang publik.
Baca Juga: Bawa Anak ke Bareskrim Untuk Tes DNA, Lisa Mariana Yakin CA Darah Daging Ridwan Kamil
Salah satu peristiwa yang kembali ramai diperbincangkan adalah polemik penggunaan kata “maneh” oleh seorang guru honorer asal Cirebon, Muhammad Sabil.
Muhammad Sabil Terancam Dipecat
Ridwan Kamil digugat cerai istri, Atalia di Pengadilan Agama Bandung. [FTNews.co.id]
Baca Juga: Mengenang Wafatnya Eril pada 3,5 Tahun Lalu, Luka Lama di Tengah Ujian Ridwan Kamil
Kasus ini sempat menghebohkan media sosial karena berujung pada ancaman pemecatan terhadap Sabil dari dunia pendidikan.
Peristiwa itu bermula ketika Muhammad Sabil mengomentari unggahan Instagram pribadi Ridwan Kamil saat melakukan pertemuan daring dengan sejumlah siswa SMP di Tasikmalaya.
Dalam komentarnya, Sabil mempertanyakan kapasitas Ridwan Kamil dalam kegiatan tersebut dengan menyebut kata “maneh”.
Dalam bahasa Sunda, kata “maneh” berarti “kamu”. Namun, kata tersebut lazim digunakan di antara teman sebaya dan dinilai kasar jika diucapkan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan tertentu.
Hal inilah yang kemudian memicu reaksi keras dari warganet.
Sabil menyadari bahwa kata “maneh” tergolong kasar, tetapi ia mengaku tidak bermaksud merendahkan.
Menurutnya, Ridwan Kamil selama ini dikenal ramah dan terbuka kepada para pengikutnya di media sosial, sehingga ia merasa komentar tersebut masih dalam batas wajar.
Komentar Sabil Dalam Bentuk Kritik
Ridwan Kamil. [FTNews]
Selain soal diksi, Sabil menegaskan bahwa komentarnya merupakan bentuk kritik.
Ia menyoroti jas berwarna kuning yang dikenakan Ridwan Kamil dalam forum pendidikan, warna yang identik dengan Partai Golkar, tempat Ridwan Kamil bernaung saat itu.
Namun, komentar tersebut justru berujung panjang. Sabil mengaku menerima hujatan dari warganet dan bahkan Ridwan Kamil disebut sempat mengirim pesan langsung ke akun Instagram sekolah tempatnya mengajar.
Tak lama berselang, Sabil diberhentikan dari dua sekolah tempatnya mengajar dan terancam dihapus dari data Dapodik.
Menanggapi kegaduhan tersebut, Ridwan Kamil memberikan klarifikasi resmi. Ia menegaskan bahwa dirinya terbuka terhadap kritik, termasuk yang disampaikan dengan bahasa keras.
Ridwan Kamil mengaku terkejut ketika mengetahui Sabil diberhentikan oleh yayasan sekolah.
Ridwan Kamil juga menyatakan telah menghubungi pihak sekolah agar sanksi terhadap Sabil tidak berujung pada pemecatan. Ia menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam bermedia sosial, terutama bagi guru yang menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Polemik kata “maneh” kemudian mendapat perhatian dari anggota DPR RI sekaligus tokoh Sunda, Dedi Mulyadi.
Dalam pertemuannya dengan Muhammad Sabil, Dedi menjelaskan bahwa bahasa Sunda memiliki keragaman wilayah dan tidak bisa diseragamkan.
Menurut Dedi Mulyadi, Sunda asli pada masa awal bahkan tidak mengenal undak-usuk bahasa seperti yang dikenal saat ini.
Ia menegaskan bahwa makna sebuah ucapan tidak hanya terletak pada kata yang digunakan, tetapi juga pada niat dan hati orang yang mengucapkannya.
“Bahasa itu bukan soal ‘maneh’ atau bukan, tapi soal rasa. Bahasa bisa terdengar halus, tapi kalau hatinya benci, tetap menyakitkan,” ujar Dedi.
Penjelasan itu menutup polemik panjang yang kini kembali dikenang, seiring nama Ridwan Kamil kembali menjadi pusat perhatian publik.