Nasional

Kemenag & BRIN Susun Asesmen Literasi Beragama PAI

25 Oktober 2025 | 05:42 WIB
Kemenag & BRIN Susun Asesmen Literasi Beragama PAI
hasil riset bisa menjadi rujukan kurikulum baru

Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) di bawah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI tengah mematangkan desain Asesmen Literasi Beragama untuk guru dan siswa Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum. Langkah strategis ini dilakukan dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM sebagai mitra ilmiah dan teknis pelaksana.

rb-1

Dirjen Pendidikan Islam, Prof. Amien Suyitno, menegaskan bahwa literasi dasar keagamaan adalah fondasi penting dalam membangun karakter bangsa. Sebelumnya, ia juga telah mencanangkan Gerakan Nasional Literasi Qur’an (GNLQ) bertajuk “Tahun Membaca Al-Qur’an” sebagai upaya memperkuat budaya literasi religius di Indonesia.

Baca Juga: Kemenag Targetkan Pengurus Masjid Jadi Motor Penggerak Kerukunan Umat di Rejang Lebong

rb-3

Mengapa Asesmen Literasi Beragama PAI Penting Secara Nasional?

Direktur PAI Ditjen Pendis, Dr. M. Munir, menjelaskan bahwa asesmen ini bukan sekadar alat ukur kemampuan membaca dan memahami ajaran agama, melainkan juga upaya menyusun peta kualitas pendidikan agama Islam di tingkat nasional.

“Tujuannya bukan hanya mengukur literasi beragama, tetapi juga menghasilkan data akurat yang bisa digunakan untuk memperbaiki mutu layanan PAI di seluruh Indonesia,” ujar Munir.

Munir menekankan pentingnya integritas akademik dalam setiap tahapan asesmen. Menurutnya, seluruh instrumen dan metodologi yang digunakan harus memiliki dasar ilmiah yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

“Saya ingin asesmen ini melahirkan produk akademik yang andal. Tidak boleh ada cacat ilmiah sedikit pun. Oleh karena itu, kami melibatkan BRIN dan Pustrajak Penda untuk memastikan pelaksanaannya sesuai standar riset ilmiah,” tegasnya.

Doktor lulusan UIN Jakarta ini juga meminta agar seluruh tim penyusun merancang linimasa (timeline) yang rinci dan sistematis, mulai dari pembagian tugas surveyor, pendamping lapangan, hingga pengelolaan data pascapelaksanaan.

Kolaborasi Ilmiah Kemenag dan BRIN: Dari Data Menuju Kebijakan Kurikulum

Lebih lanjut, Munir mengungkapkan bahwa hasil asesmen nantinya akan menjadi basis kebijakan nasional dalam pengembangan kurikulum PAI. Data tersebut juga akan diintegrasikan ke dalam Sistem Informasi Administrasi Guru Agama (SIAGA) untuk memudahkan proses evaluasi kinerja guru.

“Ada sekitar 41,8 juta siswa muslim yang menjadi sasaran program ini. Karena skalanya nasional, maka perencanaan dan pelaksanaan harus benar-benar presisi,” jelas Munir.

Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan asesmen nantinya bisa dilakukan secara bergelombang untuk efisiensi waktu, dengan sistem mirip ujian berbasis elektronik.

“Durasi asesmen harus proporsional. Bisa dilakukan dua sesi, misalnya pagi dan siang, agar hasilnya tetap akurat tanpa membebani peserta,” tambahnya.

Peneliti BRIN, Dr. Muhammad Murtadlo, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangun instrumen pengukuran literasi dasar beragama yang komprehensif dan berskala nasional.

“Kami menemukan masih banyak siswa yang kemampuan membaca Al-Qur’annya rendah, dan belum ada instrumen nasional yang menilai praktik ibadah, sosial keagamaan, serta nilai-nilai religiusitas,” ungkap Murtadlo.

Menurutnya, asesmen ini sangat penting karena selama ini fokus pengukuran nasional hanya terbatas pada literasi dan numerasi.

“Aspek literasi dasar beragama belum pernah diukur secara menyeluruh, padahal hal itu berperan penting dalam membentuk karakter dan moral pelajar,” tambahnya.

kerjasama KEMENAG dan BRINkerjasama KEMENAG dan BRIN

Berdasarkan rancangan awal, survei akan melibatkan 13.600 siswa dari seluruh Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan secara acak di 34 provinsi, masing-masing mencakup 4 kabupaten/kota dengan 5 sekolah di tiap daerah, dan 20 siswa per sekolah.

Selain peneliti BRIN, kegiatan yang berlangsung selama tiga hari (22–24 Oktober 2025) ini juga dihadiri oleh dua analis kebijakan dari Pustrajak Penda serta para pejabat dan staf Direktorat PAI.

Dengan kolaborasi lintas lembaga ini, Kemenag berharap pelaksanaan asesmen literasi beragama dapat menghasilkan potret nyata kualitas pendidikan agama di Indonesia berbasis data, ilmiah, dan dapat dijadikan rujukan kebijakan yang berdampak langsung bagi peningkatan mutu pembelajaran PAI di sekolah-sekolah.

“Asesmen ini bukan sekadar proyek pengukuran, tapi sebuah upaya strategis untuk memperkuat moderasi beragama dan kualitas pendidikan Islam di Indonesia,” pungkas Munir.

Tag AsesmenLiterasiBeragama Kemenag #BRIN PAI PendidikanIslam ModerasiBeragama LiterasiKeagamaan MutuPAI KurikulumNasional SIAGA

Terkait