Klaim Bahlil 97 Persen Listrik Aceh Pulih Dibantah Ruslan Anggota DPR Dapil Aceh, Ini Faktanya
Pernyataan Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM, di hadapan Presiden Prabowo pada Minggu (7/12/2025) yang menyebut listrik wilayah Aceh sudah 97 persen pulih, ramai-ramai dibantah warga Aceh. Bahlil dianggap telah berbohong pada Presiden karena faktanya tidak demikian.
Anggota DPR RI dari Dapil Aceh Ruslan M Daud menyatakan, kondisi di lapangan masih jauh dari klaim Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang menyebut 97 persen suplai listrik telah kembali normal. Ia mendesak Kementerian ESDM mempercepat pemulihan jaringan listrik di wilayah bencana.
“Masih banyak daerah terdampak banjir dan longsor yang hingga hari ini listriknya belum menyala. Kondisinya tidak seperti yang dikatakan sudah 97 persen pulih, ” ujar Ruslan, dilansir laman DPR RI, Rabu (10/12/2025).
Baca Juga: Masih 62 Korban Hilang di Aceh, Basarnas Percepat Pencarian dengan Teknologi Thermal dan K-9
Pemadaman berkepanjangan, ujarnya, membuat masyarakat makin kesulitan di tengah situasi pascabencana. “Kami mendesak pemerintah, khususnya Menteri ESDM, benar-benar mempercepat pemulihan listrik,” tegasnya.
Anggota DPR RI dari Dapil Aceh Ruslan M Daud. [Foto : Istimewa/DPR/Andri]Proses Pemulihan Bencana Jadi Lambat karena Listrik
Anggota Komisi V DPR RI ini menyampaikan bahwa ketiadaan listrik membuat proses pemulihan pascabencana berjalan lambat dan membebani masyarakat. Pelayanan publik, termasuk administrasi, fasilitas kesehatan, distribusi logistik, hingga akses komunikasi, tidak dapat beroperasi secara normal. “Di banyak daerah, pelayanan publik tidak bisa berjalan maksimal karena listrik belum masuk. Banyak warung kopi dan UMKM terpaksa memakai genset dengan biaya tinggi. Bila tidak memakai genset, aktivitas mereka lumpuh dan roda ekonomi terganggu,” kata politisi Fraksi PKB ini.
Baca Juga: Terungkap Antrean Mengular di Sejumlah SPBU Aceh bukan Kelangkaan tapi Ini Penyebabnya!
Selain itu, pemadaman listrik berdampak pada akses air bersih karena banyak pompa air tidak dapat beroperasi. Sejumlah SPBU juga belum berfungsi karena jaringan listrik belum pulih. Hanya beberapa SPBU yang tetap beroperasi dengan genset yang menyala terbatas.
Ruslan menambahkan bahwa proses evakuasi warga terdampak turut terhambat akibat minimnya penerangan dan terbatasnya alat komunikasi. Relawan dan aparat di beberapa lokasi kesulitan memetakan daerah yang masih terisolasi karena jaringan listrik dan telekomunikasi belum stabil.
“Ketika listrik padam, akses informasi terbatas. Relawan sulit berkoordinasi, terutama di malam hari. Ini memperlambat proses evakuasi dan distribusi bantuan. Pemerintah harus menjadikan pemulihan listrik sebagai prioritas utama,” ujarnya.