Masih 62 Korban Hilang di Aceh, Basarnas Percepat Pencarian dengan Teknologi Thermal dan K-9
Guna mempercepat pencarian korban hilang di 17 kabupaten/kota di Aceh, operasi SAR (Search and Recue) mengoptimalkan berbagai teknologi juga K9.
"Fokus operasi kita adalah pencarian 62 korban yang masih belum ditemukan. Hari ini kita juga laksanakan operasi di Bireuen, tepatnya di wilayah Peusangan dan Peudada. Di Aceh Utara, pemantauan kami dilakukan di Tanah Jambo Aye menggunakan drone.”
“Sementara di Aceh Tamiang, tim melaksanakan patroli dan penyisiran di Sungai Tamiang untuk memastikan tidak ada korban yang terlewat dalam evakuasi,” jelas Kepala Basarnas Banda Aceh Ibnu Harris Al Hussain di Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Senin (8/12/2025), dilansir InfoPublik.
Baca Juga: Tambah Pasokan, Pertamina Pulihkan Suplai BBM di Aceh, Antrean Panjang Berhasil Ditekan
Lebih lanjut, Ibnu Harris menjelaskan bahwa Basarnas menggunakan drone thermal untuk mendeteksi keberadaan korban dari udara. "Teknologi ini lebih efektif dibandingkan metode lama seperti life detector,” ujarnya.
Drone thermal digunakan untuk mendeteksi panas tubuh korban yang mungkin terjebak di atas material hanyutan atau tersangkut di pepohonan.
Selain itu, Basarnas juga menyiapkan K-9 (anjing pelacak) untuk operasi lanjutan mengingat kondisi genangan air di banyak lokasi banjir dan longsor sudah mulai surut.
Baca Juga: Terungkap Antrean Mengular di Sejumlah SPBU Aceh bukan Kelangkaan tapi Ini Penyebabnya!
Basarnas menggunakan berbagai perlengkapan evakuasi dan pencarian, mulai dari rescue car dan rescue carrier, perahu karet dan peralatan penyelamatan air. Peralatan deteksi, seperti sonar dan kamera thermal. Menyiagakan Kapal SAR KN Purworejo untuk menjangkau area sungai. “Peralatan kita mencukupi, tetapi tantangannya adalah luas wilayah pencarian dan banyaknya area yang aksesnya masih sangat terbatas,” kata Ibnu Harris.
Material banjir dan longsor—batang kayu besar, batu, lumpur, hingga timbunan puing—menjadi hambatan besar bagi mobilitas tim SAR.
Ibnu Harris menambahkan bahwa Basarnas turut membantu pendistribusian logistik ke daerah-daerah yang masih terisolasi, termasuk melalui metode air dropping. “Ada daerah-daerah yang roda empat tidak bisa masuk. Maka kita gunakan cara lain, termasuk dropping melalui udara untuk memastikan warga tetap menerima bantuan,” katanya.
Ancaman Hujan Ekstrem Desember 2025-Januari 2026
Ketika menjawab pertanyaan mengenai ancaman hujan ekstrem pada Desember 2025–Januari 2026, Ibnu Harris menekankan pentingnya mitigasi dan koordinasi intens antara Basarnas dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“BMKG mengeluarkan informasi 1X24 jam. Kami terus mempublikasikan informasi tersebut kepada masyarakat. Peringatan dini harus ditindaklanjuti bersama agar kejadian seperti ini bisa diminimalkan risikonya,” jelasnya.
Selain itu, Basarnas menekankan bahwa mitigasi telah dilakukan jauh sebelum bencana terjadi melalui Sekolah Sungai dan Sekolah Relawan, pelatihan potensi SAR bagi masyarakat, dan pembentukan Satgas SAR Desa. “Masyarakat adalah pihak pertama yang berada di lokasi kejadian. Karena itu, kapasitas mereka harus kuat. Kami sudah melatih para relawan agar siap menghadapi situasi darurat,” ujar Ibnu.