Konflik Thailand-Kamboja, BKSAP Serukan Hentikan Kekerasan, Selesaikan Lewat Jalur Diplomasi
Nasional

Konflik antara Thailand-Kamboja terkait perbatasan negara berbuntut pada perang di antara keduanya, bahkan jatuh korban 12 orang tewas dan puluhan orang luka-luka, memprihatinkan negara-negara di Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, mengajak seluruh pihak untuk menahan diri, menghentikan kekerasan, dan mengedepankan solusi damai melalui jalur diplomasi.
Baca Juga: DPR Gelar “Fun and Ride†Jelang Sidang Parlemen Se-ASEAN
Bentrok bersenjata yang terjadi telah menyebabkan warga sipil menjadi korban jiwa. Dilaporkan bahwa sebanyak 9 warga sipil meninggal dunia, dengan rincian 6 korban di Provinsi Sisaket, 2 korban di Surin, dan 1 korban di Ubon Ratchathani. Situasi ini menimbulkan duka tidak hanya bagi masyarakat kedua negara, tetapi juga menjadi perhatian kawasan secara keseluruhan.
Mardani Ali Sera Singgung ‘Semangat ASEAN’
Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera/Foto: dok DPR
Baca Juga: Canggih! Kini WNI Bisa Pakai QRIS untuk Transaksi Pembayaran di Negara ASEAN
"Indonesia percaya, tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan lewat dialog. Satu langkah damai bisa menyelamatkan ribuan nyawa,” ujar Mardani Ali Sera dalam keterangannya, Kamis (24/7/2025), dilansir laman resmi DPR RI.
BKSAP juga menegaskan bahwa semangat ASEAN sebagai komunitas yang menjunjung tinggi perdamaian, stabilitas, dan kerja sama regional harus terus dijaga. Dalam semangat kebersamaan, BKSAP percaya bahwa tantangan sebesar apapun dapat diatasi melalui komunikasi terbuka dan saling pengertian.
“BKSAP DPR RI mengajak seluruh negara anggota ASEAN untuk merespons situasi ini dengan semangat solidaritas regional. BKSAP juga mendorong pemanfaatan forum-forum ASEAN sebagai wadah mediasi dan dialog damai,” jelas Politisi Fraksi PKS ini.
Indonesia Dukung Upaya Gencatan Senjata
Indonesia siap mendukung setiap upaya menuju gencatan senjata dan pemulihan kepercayaan antara kedua negara sahabat tersebut. Prinsip ‘Satu musuh terlalu banyak, seribu kawan masih kurang’ bukan sekadar ungkapan, ia adalah pondasi dalam membangun Asia Tenggara yang damai dan Bersatu.***