Korban Gempa Myanmar Bisa Lampaui 3 Ribu Jiwa: Kebutuhan Makanan-Air Bersih Semakin Terbatas

Sosial Budaya

Rabu, 02 April 2025 | 14:45 WIB
Korban Gempa Myanmar Bisa Lampaui 3 Ribu Jiwa: Kebutuhan Makanan-Air Bersih Semakin Terbatas
Detik-detik gempa terjadi di Myanmar. [Instagram]

Penguasa militer Myanmar Min Aung Hlaing mengatakan jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,7 skala Richter hari Jumat (28/3/2025) diperkirakan akan melampaui 3 ribu jiwa.

rb-1

Jumlah korban meninggal akibat gempa terus bertambah setelah mencapai 2.719 pada Selasa (1/4/2025) pagi, dengan 4.521 orang terluka, dan 441 orang hilang.

"Di antara yang hilang, sebagian besar diperkirakan telah meninggal. Peluang mereka untuk tetap hidup sangat kecil," katanya dalam sebuah pidato dilansir dari CNA, Rabu (2/4/2025).

Baca Juga: Empat WNI Diduga Korban TPPO di Myanmar Akan Dilepaskan

rb-3

Badan PBB menyoroti kebutuhan mendesak di Myanmar setelah gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang melanda negara itu pada 28 Maret lalu, dengan mengatakan air, obat-obatan, makanan, dan tempat tinggal sangat terbatas.

Kantor Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam konferensi pers di Jenewa mengatakan “waktu untuk respons untuk pencarian semakin sempit" karena sudah 72 jam berlalu.

Itu berarti jumlah korban yang terdampak dan korban jiwa diperkirakan akan meningkat, kata Koordinator Kemanusiaan OCHA untuk Myanmar, Marcoluigi Corsi.

Baca Juga: Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Vanuatu

"Tempat tinggal, makanan, air bersih, dan perlengkapan rumah tangga penting semakin terbatas. Beberapa orang di daerah terdampak menghabiskan malam di tempat terbuka... karena (tidak ada) listrik dan tidak ada air mengalir," kata Marcoluigi dilansir dari Antara.

Pusat gempa dahsyat yang mengguncang Myanmar. [Instagram]

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Fernando Thushara di Myanmar mengatakan rumah sakit di negara tersebut kewalahan dengan jumlah pasien dan persediaan medis hampir habis, serta terjadi kekurangan air bersih dan bahan bakar.

Wakil Perwakilan UNICEF, Julia Rees, mengatakan di seluruh daerah terdampak, keluarga-keluarga menghadapi kekurangan akut air bersih, makanan, dan pasokan medis.

Rees mencatat bahwa bahkan sebelum gempa, lebih dari 6,5 juta anak di Myanmar sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan satu dari tiga pengungsi di negara itu adalah anak-anak.

"Sekarang, gempa ini telah menambah lapisan krisis baru — mendorong keluarga-keluarga yang sudah rentan melewati batas mereka," katanya.

Ia menggarisbawahi bahwa situasinya mengerikan dan suhu di negara itu sangat panas, sehingga kebutuhan yang paling penting adalah air. Ia juga menyoroti bahwa pipa air dan septic tank telah rusak.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan situasi di Myanmar merupakan krisis kemanusiaan tingkat tertinggi.

"Kami belum pernah melihat tragedi dan kehancuran seperti ini di Myanmar dalam beberapa tahun terakhir," ungkapnya.

Juru bicara UNHCR, Babar Baloch, mengatakan bahwa saat ini badan tersebut sedang mengidentifikasi kebutuhan kritis di wilayah yang paling terdampak, yaitu Mandalay, Magway, dan Sagaing.

"Kebutuhan paling mendesak adalah mengerahkan tempat tinggal dan barang bantuan ke daerah terdampak," kata Baloch.

“Penting juga untuk memantau risiko terkait ranjau, pemisahan keluarga, perlindungan anak, dan kekerasan berbasis gender,” tambahnya.

Badan-badan PBB juga menyoroti pentingnya pendanaan darurat, menyebutnya sebagai hal yang sangat krusial untuk menyelamatkan nyawa.

Sebagai respons terhadap bencana ini, Myanmar telah menetapkan tujuh hari berkabung nasional mulai Senin (31/3).

Seiring berjalannya waktu dan masih banyaknya orang yang belum ditemukan, jumlah korban jiwa diperkirakan akan terus bertambah.

Tag Myanmar Bantuan Kemanusiaan Gempa Myanmar korban gempa Myanmar

Terkini