Militer Myanmar Tangkap Ratusan WNA di Pusat Scam
Militer Myanmar kembali melancarkan operasi besar-besaran untuk memberantas jaringan penipuan digital yang marak di wilayah perbatasan.
Operasi skala besar tersebut dilaksanakan di kawasan Shwe Kokko, yang selama ini dikenal sebagai pusat aktivitas penipuan daring internasional (scam).
Dalam operasi tersebut, 346 warga negara asing (WNA) berhasil diamankan, sementara hampir 10.000 unit ponsel disita sebagai barang bukti.
Baca Juga: Empat WNI Diduga Korban TPPO di Myanmar Akan Dilepaskan
Latar Belakang dan Jaringan Kriminal
Shwe Kokko telah lama menjadi sorotan internasional karena berkembang sebagai daerah dengan aktivitas kriminal terorganisir, mulai dari penipuan investasi, perjudian daring, hingga praktik love scam yang menargetkan korban lintas negara.
Baca Juga: Detik- detik Gempa Besar Berkekuatan Magnitudo 7,7 Robohkan Gedung Myanmar dan Thailand
Kompleks tersebut memanfaatkan situasi politik Myanmar yang tidak stabil, menjadikannya zona rawan kejahatan siber.
Operasi penindakan ini dilakukan secara serentak di beberapa bangunan yang diyakini menjadi pusat komando jaringan penipuan.
Ribuan perangkat elektronik, komputer, dan ponsel yang digunakan untuk menjalankan modus penipuan daring berhasil ditemukan dan disita.
Para WNA yang ditangkap kini menjalani proses identifikasi dan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan status hukum masing-masing.
Aksi tegas ini merupakan bagian dari kampanye pemberantasan kriminal siber yang telah ditingkatkan sejak awal tahun.
Tekanan internasional, khususnya dari negara-negara yang warganya kerap menjadi korban, turut mendorong Myanmar untuk memperketat pengawasan di wilayah perbatasan.
Dampak yang akan Terjadi Untuk Pemulihan Kontrol
Dampak dan Tantangan Pemulihan Kontrol
Di sisi lain, sejumlah warga negara Indonesia dilaporkan ikut terjaring dalam razia tersebut. Pemerintah Indonesia melalui perwakilan resminya dikabarkan tengah mengupayakan verifikasi data serta meminta akses konsuler untuk memastikan kondisi mereka.
Penggerebekan ini dinilai sebagai salah satu langkah terbesar yang dilakukan Myanmar sepanjang tahun dalam memberantas kegiatan penipuan digital.
Meskipun demikian, para pengamat menilai kompleksitas jaringan kriminal lintas negara di kawasan tersebut masih menjadi tantangan berat, mengingat infrastruktur dan pendanaannya berkembang pesat di luar jangkauan otoritas setempat.
Operasi ini sekaligus menegaskan bahwa Myanmar berupaya mengembalikan kontrol di wilayah-wilayah yang selama ini menjadi tempat beroperasinya kelompok kriminal internasional, khususnya di tengah tekanan geopolitik dan meningkatnya kejahatan siber di Asia Tenggara.