Kronologi Sadis Dina Oktaviani: Pegawai Minimarket Tewas Dibunuh Atasan Sendiri

Kasus tragis menimpa Dina Oktaviani (21), kasir minimarket di Rest Area KM 72A Tol Cipularang. Jasadnya ditemukan mengambang tanpa busana di Sungai Citarum, Karawang, pada 7 Oktober 2025.

Fakta di balik kematian ini langsung menggemparkan publik karena mengandung unsur penyekapan, pembunuhan, hingga pemerkosaan yang dilakukan oleh atasan korban sendiri.

Dua hari sebelum ditemukan tewas, yakni 5 Oktober 2025, Dina dijemput oleh Heryanto (27), kepala toko tempatnya bekerja. Dina saat itu sedang galau karena masalah asmara.

Baca Juga: Terungkap Pelaku Pembunuhan Karyawan Alfamart Dina Oktaviani Ternyata Tiga Orang

Heryanto berpura-pura ingin membantu korban dengan mengajaknya ke rumah di Kecamatan Cibatu, Purwakarta, dengan dalih akan mempertemukan Dina dengan “orang pintar” yang bisa membantu melupakan mantan kekasihnya.

Namun, niat baik yang ditawarkan hanyalah jebakan. Setibanya di rumah, suasana berubah mencekam.

Heryanto, yang ternyata sedang terlilit masalah ekonomi, melihat Dina sebagai sasaran empuk. Ia menyekap, lalu mencekik korban hingga tak bernyawa. Sadisnya, meski Dina sudah tak bernyawa, pelaku tetap memperkosa jasad korban.

Baca Juga: Akun TikTok Kasir Alfamart Dina Oktaviani Tewas Dibunuh Banjir Komentar Duka Cita

Harta Korban Jadi Incaran

Dina Oktaviani. [TikTok]Tak berhenti sampai di situ, pelaku mengambil barang-barang berharga milik Dina seperti perhiasan emas, dua ponsel, dan sepeda motor.

Beberapa barang sempat dibakar di depan rumahnya agar jejak kejahatannya hilang. Namun, upaya itu tak sepenuhnya berhasil.

Untuk menghilangkan bukti utama, Heryanto memasukkan jasad Dina ke dalam kardus.

Ia lalu membuangnya ke Sungai Citarum melalui kawasan Jembatan Merah, Purwakarta, dengan harapan jasad tersebut hanyut dan tidak akan ditemukan. Namun rencana itu gagal.

Dua hari kemudian, warga di Dusun Munjul Kaler, Desa Curug, Kecamatan Klari, Karawang menemukan jasad tanpa busana yang kemudian diidentifikasi sebagai Dina.

Temuan itu segera dilaporkan ke aparat kepolisian. Tim gabungan Polres Karawang dan Purwakarta bergerak cepat. Hanya sehari berselang, polisi berhasil menangkap Heryanto di minimarket tempat ia bekerja.

Dalam pemeriksaan, pelaku mengaku melakukan semua aksi sadis tersebut demi uang. Ia berdalih awalnya hanya ingin menolong korban, tetapi karena “khilaf” akhirnya tega melakukan pembunuhan dan pemerkosaan.

Pengakuan Mengejutkan Pelaku

Heryanto. [TikTok]Dalam pengakuannya, Heryanto mengatakan terdesak masalah finansial hingga nekat merampas nyawa Dina. Ia mengakui menjual sebagian barang milik korban demi mendapatkan uang.

Pernyataan itu semakin menambah kemarahan publik yang sudah tersulut sejak kasus ini viral di media sosial.

Peristiwa ini memicu gelombang kecaman dari masyarakat. Banyak yang menuntut agar pelaku dihukum seberat-beratnya, bahkan tak sedikit yang mendesak vonis mati.

Tagar tentang kasus Dina pun sempat ramai di media sosial, menyoroti keamanan perempuan yang bekerja di sektor ritel dan rawan menjadi korban pelecehan maupun eksploitasi.

Sorotan Terhadap Perlindungan Pekerja Perempuan

Kasus Dina membuka mata banyak pihak bahwa pekerja perempuan, khususnya di sektor minimarket dan ritel, seringkali menghadapi risiko yang tidak terlihat.

Faktor ekonomi, hubungan atasan-bawahan, hingga lemahnya perlindungan hukum terhadap pekerja muda menjadi bahan diskusi publik yang terus berkembang.

Kini publik menanti langkah tegas aparat hukum dalam menangani kasus ini. Keluarga korban menuntut keadilan, sementara masyarakat berharap agar tragedi serupa tidak kembali terulang.

Kasus Dina Oktaviani bukan hanya soal kriminalitas biasa, melainkan cermin suram dari masalah sosial yang lebih luas: lemahnya perlindungan terhadap perempuan dan tingginya angka kekerasan berbasis gender di Indonesia.