LCGC Favorit Tapi Banyak Keluhan, Ini Kata Pakar Soal Toyota Calya
YouTuber otomotif Denkus, pemilik Denkus Channel, baru-baru ini mengunggah wawancara eksklusif dengan Trisno, pakar otomotif sekaligus pemilik bengkel mobil Mobeng.
Dalam perbincangan tersebut, keduanya mengupas tuntas soal Toyota Calya, mobil yang dikenal sebagai salah satu kendaraan terjangkau dan populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Pajak Avanza di Indonesia Rp5 Juta, di Thailand Hanya Rp150 Ribu per Tahun
“Kita bahas mobil Toyota Calya, mobil ini mobil tempurnya masyarakat Indonesia. Trisno adalah pakar otomotif,” ujar Denkus membuka obrolan.
Dalam kesempatan itu, Denkus mengungkapkan kesan yang banyak ditemui di kalangan pengguna Calya. Menurutnya, mobil ini cukup irit dan cocok untuk harian, tetapi performa mesin kerap dipertanyakan saat menghadapi tanjakan atau digunakan untuk menyalip.
“Toyota Calya luar biasa irit, oke buat harian, tapi tenaga boyo dalam kondisi tanjakan. Kalau mau nyalip harus berdoa dulu, kenapa begitu?” tanya Denkus.
Baca Juga: Toyota Rumion, Tampang Ertiga Pakai Mesin Suzuki Harga Rp180 Jutaan
Penggunaan Harus Sesuai
Denkus dan Trisno
Denkus, pemilik Denkus Channel, saat wawancara dengan Trisno, pemilik Mobeng. (YouTube Denkus Channel)
Trisno pun menjawab dengan menekankan pentingnya menyesuaikan tujuan penggunaan kendaraan.
“Kadang kita memilih kendaraan tujuannya untuk apa dulu, untuk harian atau kerja keras gitu ya, atau ngantor aja,” jelasnya.
Lebih lanjut, Trisno menjelaskan bahwa Calya dan kembarannya, Daihatsu Sigra, termasuk dalam kategori LCGC (Low Cost Green Car). Karena itu, menurutnya, wajar bila performa mesin tidak bisa disamakan dengan kelas di atasnya seperti Avanza atau Xenia.
“Kalau kita bicara LCGC, low cost green car, otomatis dibuatnya juga untuk low cost kan. Harusnya digunakannya untuk city car, kendaraan-kendaraan untuk harian. Jadi beda naik sedikit, anggaplah Xenia dan Avanza itu lebih tempur lagi sebenarnya,” ungkap Trisno.
Ia juga menanggapi keluhan pengguna soal mesin Calya yang dianggap lemot.
“Kalau ada tanggapan gimana keluhannya mesinnya lemot, ya satu yang pasti, peruntukannya memang untuk mobil city car, bukan kerja keras ekstra,” kata Trisno.
Dari sisi kenyamanan, Trisno menilai shockbreaker Calya cukup mendukung penggunaan dalam kota dengan kecepatan menengah.
“Pastinya kalau ngomongin LCGC, harapannya kalau orang Indonesia bisa dipanteng 120 km/jam gitu, harapannya shockbreaker-nya empuk, ekspektasi itu bakal dapat,” ujarnya.
Tidak Ideal Digunakan Penumpang Dewasa Semua
Toyota Calya Youtube 2
Trisno juga mengingatkan soal kapasitas mobil ini. Meski dirancang dengan tujuh kursi, secara ideal tidak semuanya diperuntukkan untuk penumpang dewasa.
“Mesinnya didesain 1.200 cc dengan bodi mobil kondisinya sebenarnya jangan sampai tujuh orang, meskipun seat-nya disediakan tujuh. Kalau dipahami sebenarnya, empat itu dewasa, sisanya untuk anak-anak,” tutur Trisno.
Namun, kenyataannya masyarakat Indonesia kerap memaksakan muatan. “Tapi persepsi orang Indonesia, masukin aja tuh semua, barang-barang. Barang apa aja diangkut,” tambahnya sambil tertawa.
Wawancara Denkus dan Trisno ini pun memberikan perspektif menarik bagi calon pembeli maupun pemilik Calya.
Dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, mobil LCGC ini tetap menjadi pilihan "tempur" bagi masyarakat yang membutuhkan kendaraan ekonomis untuk aktivitas sehari-hari.