Lepas Pandemi: Gamer Jarang Bermain Gim, Industri pun Lesu
Teknologi

FTNews - Bermain gim adalah salah satu cara manusia untuk melepaskan jenuh dan penatnya kehidupan. Banyak orang berbondong-bondong membeli PC (Personal Computer) atau pun konsol untuk bermain gim.
Oleh karena itu, industri gaming menjadi salah satu industri terbesar di dunia. Akan tetapi, dunia pergiman alami masalah.Â
Menurut penelitian dari Newzoo, pendapatan dari pembelian PC dan konsol diprediksi akan tetap berada di bawah waktu sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Industri gim akan mengalami hal ini setidaknya hingga tahun 2026.
Baca Juga: Hati-hati! Virus Brokewell Bisa Kuras Rekening
Pasalnya, jam bermain para gamers semakin berkurang dengan seiringnya waktu berjalan.Â
Mereka memprediksi akan ada peningkatan dari akhir 2023 hingga 2026 yang sebesar 2,7 persen. Namun, peningkatan ini masih berada jauh di bawah tahun 2015 hingga 2021 yang memiliki peningkatan sebesar 7,2 persen.
PlayStation 5 milik Sony. Foto: PS Enterprise
Baca Juga: Bocah Temukan Bebek Karet di Pantai, Bukti Kejahatan Lingkungan
Mereka juga mencatat terjadinya penurunan jumlah waktu bermain para gamers. Data menunjukkan penurunan ini mencapai 26 persen dari 2021 hingga 2023.
Trend ini berpeluang untuk terus terjadi karena perilisan gim yang tidak konsisten dan semakin jarang. Newzoo memprediksi akan ada penurunan jam bermain hingga 10 persen pada bulan Januari.
“Tingkat pertumbuhan pemain yang lebih lambat akan berdampak pada kapasitas industri untuk 'memperluas kue' melalui pertumbuhan organik bersih,†jelas mereka.
Melansir Reuters, Sony Group milik Jepang mengatakan bahwa tidak akan merilis gim-gim dengan nama besar seperti “God of War†dan “Marvel’s Spider-Man†dalam waktu dekat.
Selain itu, mereka juga telah memangkas perkiraan penjualan konsol PlayStation 5 milik mereka. Alasannya, penjualannya lebih lemah dari perkiraan mereka pada musim liburan.
Selain itu, berbagai perusahaan industri gim memangkas karyawannya pada tahun ini. Perusahaan-perusahaan tersebut seperti Sony, Tencent, Riot Games, dan Electronic Arts (EA).