Manuskrip Kuno Tambo Tuanku Imam Bonjol Jadi "Memory of World"

Sosial Budaya

Kamis, 09 Mei 2024 | 00:00 WIB
Manuskrip Kuno Tambo Tuanku Imam Bonjol Jadi "Memory of World"

FTNews - Manuskrip kuno Tambo Tuanku Imam Bonjol dari Sumatera Barat menjadi salah satu manuskrip yang terpilih menjadi Memory of the World (MoW).

rb-1

Terpilihnya manuskrip kuno ini usai melalui proses pemilihan suara antarpeserta pertemuan dan delegasi berbagai negara seperti Australia dan Tuvalu. Bangladesh, China, Filipina, India, Malaysia, Mongolia, Uzbekistan dan Vietnam.

Kwibae Kim pemimpin Memory of the World Regional Committee for Asia and the Pacific (MOWCAP) memberi ucapan selamat dan sertifikat. Kepala Arsip Nasional Indonesia (ANRI) Imam Gunarto didampingi Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Mariana Ginting menerima penghargaan itu, di Mongolia, Rabu (8/5).

Baca Juga: Intip Menu "Welcoming Dinner" WWF, Ada Garang Asem dan Buntil

rb-3

Pada kesempatan itu, Pusatakawan Ahli Pertama Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) Aditia Gunawan yang mewakili Perpusnas menceritakan tentang manuskrip Tambo Tuanku Imam Bonjol.

Melansiri situs Perpusnas, manuskrip yang merupakan salah satu catatan autentik yang ditulis oleh pribumi tentang ringkasan sejarah Perang Paderi dan Sumatera Barat pada abad ke-19.

Bukti Sejarah

Baca Juga: Menko PMK : Bencana di Indonesia Bukan Urusan Sembarangan

Aditia Gunawan menegaskan beberapa alasan mengapa naskah ini layak untuk menjadi salah satu Memory of the World (MoW) Asia/Pasifik oleh MOWCAP. Yang pertama, manuskrip ini dianggap sebagai karya perintis baik dari segi pengaruh dan genre tulisan.

Kedua, manuskrip kuno Tambo Tuanku Imam Bonjol ini mempunyai relevansi sejarah yang signifikan terhadap masa pra kemerdekaan Indonesia. Menjadi bukti sejarah Mingakabau pada abad ke-19. Ketiga, karya ini menyajikan narasi global pergerakan Islam antara Timur Tengah dan Asia Tenggara pada abad ke-18 hingga abad ke-19.

“Karya tersebut berupa hipogram dengan aktor yang menceritakannya secara langsung” terangnya.

Keempat, naskah ini menyoroti peran aktif perempuan. Sebuah ciri latar belakang budaya Minangkabau dengan kekerabatan matrilinealnya.

Lalu kelima,sebagai satu-satunya karya tulis tangan Melayu Minangkabau yang mengungkap fakta sejarah. “Naskah ini mempunyai poisisi tak tergantikan sebagai referensi masa depan,” ujarnya.

Tuanku Imam Bonjol. Foto: Kabar Sumbar

Refleksi Pribadi

Jika menelaah lebih lanjut, manuskrip ini juga menceritakan tentang refleksi pribadi Tuanku Imam Bonjol tentang pengorbanan dan efek perang yang berkepanjangan selama 34 tahun.

Ia mengekspresikan penyesalan yang dalam kepada pengikutnya di mana timbul pertanyaan dalam dirinya. Apakah ada banyak aturan di dalam Al-Quran yang telah dilanggar selama perang tersebut.

Lahir pada tahun 1772 di Sumatera Barat Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin perang Paderi. Salah satu perang terlama suku Minangkabau melawan kolonialisme Belanda dari tahun 1803-1837 di Indonesia.

Mengalami penahanan dan pengasingan di beberapa tempat di Indonesia. Bahkan dalam masa pengasingannya, ia masih mengatur pergerakan perlawanan melawan penjajah.

“Tuanku Imam Bonjol meninggal pada tahun 1864. Namun cerita kehidupannya tercetak nyata dalam manuskrip tersebut,” tuturnya.

Sebagai informasi MOWCAP adalah forum regional untuk Program Memori Dunia/Memory of the World (MOW) global UNESCO yang berdiri tahun 1998. Di kawasan Asia Pasifik, banyak perpustakaan, arsip dan lembaga memori yang menghadapi tantangan berat seperti misalnya ekonomi, iklim dan geografis dalam menjaga kelestarian koleksinya.

MOWCAP bertujuan untuk membantu pelestarian dan akses universal terhadap warisan dokumenter di kawasan Asia/Pasifik. Juga untuk meningkatkan kesadaran akan keberadaan dan pentingnya warisan tersebut.

Tag Sejarah Sosial Budaya manuskrip kuno memory of world Perpurnas Tuanku Imam Bonjol

Terkini