Mengenal Cumulonimbus: Ciri-Ciri Awan Raksasa yang Jadi Tanda Cuaca Ekstrem

Pada Senin malam, 22 September 2025, warga Bandung dikejutkan dengan fenomena alam langka di langit kota mereka. Sejak waktu Magrib hingga larut malam, terlihat gumpalan awan menyerupai asap mengepul yang sesekali memancarkan kilatan cahaya.

Uniknya, kilatan itu muncul layaknya petir namun tanpa suara gemuruh yang biasanya terdengar.

Video fenomena ini pertama kali ramai dibagikan melalui akun Instagram @irautarii. Warga lain pun tak mau ketinggalan, banyak yang mengabadikan momen tersebut melalui TikTok dan bahkan melakukan siaran langsung.

Baca Juga: Waspada Tersambar Petir, Kenali Ciri dan Cara Hindarinya

Salah satu bukti visual juga diunggah ulang oleh akun Twitter @radioelshinta, memperkuat laporan fenomena langit misterius tersebut.

"18.32 RT @dadanmartapura: Penampakan langit sore disertai kilat tanpa suara dari arah Bandung Timur, lalin padat merayap," tulis @radioelshinta, mengutip keterangan saksi mata.

Penjelasan BMKG Bandung

pemandangan langit malam di bandung

Rasa penasaran publik akhirnya terjawab lewat penjelasan resmi BMKG Bandung. Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa fenomena tersebut merupakan petir intra-cloud (IC).

Petir intra-cloud terjadi di dalam satu awan yang sama atau antarawan yang masih berada dalam satu sistem awan. Berbeda dengan petir cloud-to-ground yang menyambar ke tanah, fenomena IC hanya memunculkan kilatan cahaya di langit tanpa suara menggelegar.

Berdasarkan citra satelit Himawari, fenomena ini dipicu oleh pembentukan awan cumulonimbus (Cb) yang signifikan di wilayah Bandung Barat. Awan Cb dikenal sebagai awan vertikal raksasa yang sering memicu cuaca ekstrem seperti hujan deras, badai petir, hingga hujan es.

"Menurut saya, fenomena petir Intra-Cloud (IC) atau antara awan-awan yang sama. Sedang proses pembentukan awan cumulonimbus," ungkap Teguh Rahayu.

Ciri-Ciri Awan Cumulonimbus

Ilustrasi Cumulonimbus (Pixabay)

Awan cumulonimbus adalah salah satu jenis awan yang paling berbahaya sekaligus spektakuler. Berikut ciri-ciri umumnya:

• Berbentuk menjulang tinggi seperti menara atau jamur raksasa yang membentang dari bawah hingga lapisan atas atmosfer.

• Warna gelap pekat di bagian bawah karena kandungan uap air yang sangat tinggi.

• Menghasilkan cuaca ekstrem, mulai dari hujan deras, angin kencang, badai petir, hingga hujan es.

• Puncak awan melebar membentuk seperti landasan atau anvil (palung) di ketinggian sekitar 10–20 km.

• Durasi singkat tapi intens, biasanya muncul saat kondisi udara sangat lembap dengan suhu panas di permukaan.

Fenomena Cumulonimbus di Berbagai Negara

Ilustrasi awan (AI)

Fenomena serupa yang dipicu oleh awan cumulonimbus juga sering terjadi di berbagai belahan dunia:

• Amerika Serikat: Kawasan Midwest dikenal dengan “Tornado Alley”, di mana cumulonimbus kerap memicu badai supercell yang menghasilkan angin puting beliung dahsyat.

• India dan Asia Selatan: Saat musim monsun, awan Cb sering menimbulkan badai petir disertai hujan deras yang bisa mengakibatkan banjir bandang.

• Australia: Fenomena “supercell thunderstorm” yang dipicu awan cumulonimbus kerap membawa hujan es besar hingga merusak atap rumah.

• Eropa Tengah: Beberapa negara seperti Jerman dan Prancis mengalami badai petir musim panas dengan kilatan intra-cloud yang mirip dengan yang terlihat di Bandung.

Pertunjukan Langit yang Tak Terlupakan

Fenomena petir intra-cloud malam itu tidak hanya menimbulkan rasa penasaran, tetapi juga menyajikan pertunjukan alam yang memukau. Kilatan cahaya tanpa suara di langit Bandung menjadi pengalaman langka sekaligus pengingat betapa besar dan tak terduganya kekuatan alam.

Bagi warga Bandung, 22 September 2025 akan selalu dikenang sebagai malam saat langit memperlihatkan pertunjukan cahaya yang indah, unik, sekaligus penuh misteri.