Microsoft Bakal PHK 3 Persen Karyawan Global, 6.500 Orang Terancam
Teknologi

Raksasa teknologi Microsoft dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 3 persen karyawannya secara global.
Mengacu pada data jumlah karyawan per Juni lalu yang mencapai 228.000 orang, maka kebijakan ini diperkirakan akan berdampak pada lebih dari 6.500 pegawai di seluruh dunia.
Langkah ini menjadi salah satu gelombang PHK terbesar Microsoft sejak melakukan pemangkasan tenaga kerja sebanyak 10.000 orang pada tahun 2023.
Baca Juga: Resmi Hadir, Microsoft Copilot Ada di Mac App Store, Ini Fitur-fiturnya!
Juru bicara Microsoft menyebutkan bahwa restrukturisasi ini dilakukan sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk beradaptasi dengan dinamika pasar yang terus berubah.
“Kami terus melakukan penyesuaian organisasi yang diperlukan demi memastikan posisi perusahaan tetap kompetitif di pasar yang dinamis,” ujarnya, seperti dikutip dari TechCrunch.
Padahal, Microsoft baru saja mencatatkan kinerja keuangan yang solid pada kuartal terakhir.
Baca Juga: 26 Tahun Beroperasi, Internet Explorer Akhirnya Pensiun
Laporan keuangan bulan April 2025 menunjukkan pendapatan perusahaan mencapai 70,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.160 triliun (naik 13% secara tahunan), dengan laba bersih sebesar 25,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp427 triliun (naik 18%).
Namun demikian, gelombang PHK ini disebut-sebut tidak terkait dengan kinerja individu. Menurut laporan CNBC, pemangkasan tenaga kerja akan menyasar seluruh level, lokasi, dan tim yang ada di dalam struktur perusahaan.
Sebelumnya, Microsoft juga melakukan PHK pada bulan Januari 2025, namun kala itu disebut sebagai hasil dari evaluasi kinerja. Berbeda dengan PHK terbaru ini yang lebih bersifat strategis menyeluruh.
Microsoft bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang melakukan efisiensi sumber daya manusia tahun ini.
Sejumlah perusahaan teknologi besar (Big Tech) lainnya seperti Amazon dan Meta juga telah melakukan PHK massal pada Januari lalu, sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi global dan efisiensi operasional jangka panjang.
Sumber: Technocrunch