Neta Kesulitan Keuangan, Bakal Dibeli Toyota?
Otomotif

Raksasa otomotif Jepang, Toyota, dirumorkan tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi Neta, produsen mobil listrik asal Tiongkok yang sedang menghadapi krisis keuangan.
Rumor tersebut pertama kali mencuat lewat laporan IT Home, yang menyebutkan bahwa Toyota tengah mengevaluasi kemungkinan pembelian Neta guna memperkuat lini kendaraan listriknya di pasar Tiongkok.
Namun, kabar itu langsung ditepis oleh Toyota. Xu Yiming, Direktur Komunikasi Merek Toyota di Tiongkok, menyatakan, “Saya belum pernah mendengar soal ini!”, menandakan bahwa informasi tersebut tidak benar adanya.
Baca Juga: Toyota bZ3x Resmi Meluncur, Simak Fitur dan Harganya!
Meski demikian, skenario seperti itu sebenarnya tidak mustahil, mengingat ketatnya persaingan pasar kendaraan listrik di Tiongkok dan posisi Toyota yang terus berupaya mengejar ketertinggalan dari pemain lokal.
Toyota sendiri sudah menggandeng BYD untuk mengembangkan model kendaraan listrik seperti bZ3X dan bZ5, serta pada Februari lalu meneken kesepakatan dengan otoritas Shanghai untuk membangun pabrik khusus produksi mobil listrik Lexus EV yang direncanakan mulai beroperasi pada 2027.
Jika Toyota benar-benar ingin memperluas kapasitas produksinya di Tiongkok tanpa membangun pabrik dari nol, mengakuisisi pabrikan yang sudah ada seperti Neta bisa menjadi pilihan strategis.
Baca Juga: CEO Toyota Baru Prioritaskan Mobil Berbahan Bakar Hidrogen
Selain fasilitas, Toyota juga bisa mengakses sumber daya manusia dan teknologi yang dimiliki Neta.
Namun, keputusan semacam itu tentunya tak ringan, sebab Neta tengah terlilit utang hingga 10 miliar yuan (sekitar Rp22 triliun) dan telah lama mengalami kesulitan finansial.
Tanda-tanda krisis di tubuh Neta mulai mencuat sejak November 2024, ketika perusahaan ini dilaporkan menghentikan produksi, melakukan PHK massal, serta memotong gaji karyawan akibat penurunan tajam dalam penjualan.
Meskipun pendiri Neta, Fang Yuzhou, sempat mengklaim bahwa perusahaan berada di jalur pemulihan, realitanya justru sebaliknya—pemangkasan staf terus berlanjut, bahkan hingga menyentuh tim riset dan pengembangan mereka.
Sebagai langkah penyelamatan, bulan lalu Neta menjalin kesepakatan dengan 134 pemasok utama untuk mengubah 70% dari total utang sebesar 2 miliar yuan menjadi saham di induk usaha mereka, Hozon Auto.
Sisa utang sebesar 30% dijadwalkan untuk dibayar dalam tempo 15 bulan ke depan.
Sementara itu, total utang Neta kepada pemasok kini mencapai 6 miliar yuan (sekitar Rp13 triliun).
Dengan kondisi seperti ini, peluang akuisisi Neta oleh Toyota, meski menguntungkan dari sisi fasilitas, tentu menyimpan banyak risiko yang harus dipertimbangkan matang-matang.
Sumber: Paultan