Nggak Perlu Cas, Suzuki Burgman Hydrogen Sekali Isi Bisa Jalan 200 Km
Untuk mengakomodasi tangki besar tersebut, Suzuki melakukan rekayasa ulang pada sasis. Mesin dan gardan belakang dimundurkan sekitar 8 inci, sehingga jarak sumbu roda kini lebih panjang dibanding versi bensin standar.
Namun dalam demonstrasi di JMS 2025, Suzuki memperlihatkan desain baru dengan dua tangki hidrogen berukuran lebih kecil, disusun secara efisien agar tetap stabil dan ringan.
Hidrogen, Solusi Ramah Alam yang Bisa Jadi Masa Depan
Teknologi hidrogen semakin dilirik karena dianggap lebih berkelanjutan dibanding teknologi baterai. Pasalnya, baterai kendaraan listrik membutuhkan penambangan besar-besaran terhadap nikel, kobalt, dan litium — material yang langka dan berpotensi merusak lingkungan.
Sementara itu, hidrogen bisa dihasilkan dari air atau limbah industri, dan tidak meninggalkan residu berbahaya.
Itulah mengapa banyak pakar menilai, mesin hidrogen bisa menjadi masa depan otomotif dunia, terutama jika infrastruktur pengisian bahan bakarnya terus dikembangkan.
Suzuki melalui Burgman Hydrogen tampaknya ingin membuktikan hal itu: ramah lingkungan tak harus mengorbankan sensasi berkendara.
Masih Tahap Riset, Tapi Siap Ubah Arah Industri
Meski tampil mengesankan, Suzuki menegaskan bahwa Burgman Hydrogen belum akan dijual secara komersial dalam waktu dekat.
Proyek ini masih berada pada tahap penelitian dan pengembangan, namun dianggap sebagai langkah penting menuju era kendaraan hidrogen yang lebih efisien dan mudah diakses.
“Burgman Hydrogen menjadi simbol dari komitmen Suzuki dalam menghadirkan solusi energi bersih tanpa menghilangkan karakter khas motor bermesin,” ungkap perwakilan perusahaan di acara JMS 2025.
Suzuki Burgman Hydrogen, Titik Balik Dunia Skuter Modern
Dengan jarak tempuh yang impresif, sistem hibrida cerdas, dan teknologi bahan bakar hidrogen yang nyaris tanpa emisi, Suzuki Burgman Hydrogen bisa menjadi tonggak sejarah baru di dunia otomotif.
Motor ini bukan sekadar konsep futuristik, tetapi sinyal bahwa masa depan kendaraan ramah lingkungan mungkin tidak sepenuhnya digerakkan baterai, melainkan hidrogen.