Operasi SAR Longsor Banjarnegara Resmi Ditutup, 17 Korban Meninggal 11 tidak Ditemukan
Upaya pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR) korban longsor di Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, resmi dihentikan.
Selama sepuluh hari pencarian hingga dihentikan Selasa (25/11/2025), total korban yang ditemukan meninggal dunia 17 orang, termasuk dua potongan tubuh manusia. Sementara 11 korban hilang lainnya tidak berhasil ditemukan.
Keterangan dari BNPB menyebutkan, keputusan selesainya operasi SAR ini setelah melalui evaluasi menyeluruh yang melibatkan seluruh unsur terkait. Dan ini, tentunya, merupakan pilihan yang sangat berat bagi semua pihak, khususnya keluarga korban yang masih menanti kabar orang-orang yang mereka cintai.
Baca Juga: Video Detik-detik Longsor Banjarnegara, Warga Berlarian Selamatkan Diri 3 Luka, 660 Ngungsi
Foto: BNPB“BNPB bersama Basarnas dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara memahami bahwa penutupan operasi SAR bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga menyentuh sisi emosional bagi masyarakat terdampak,” kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam keterangannya.
Kondisi Terkini: Tanah Masih Bergerak, Cuaca tak Menentu, Risiko Keamanan
Namun, lanjutnya, kondisi di lapangan seperti tanah yang masih bergerak, cuaca tidak menentu, serta kedalaman dan luas timbunan material menimbulkan risiko keselamatan yang tinggi bagi petugas maupun masyarakat. Pertimbangan ini menjadi dasar bahwa operasi SAR tidak dapat dilanjutkan tanpa mengorbankan keselamatan lebih banyak pihak.
Baca Juga: Update Longsor Banjarnegara: Tiga Jenazah Ditemukan, 25 Korban Masih Hilang
Selama sepuluh hari pencarian, petugas menghadapi tantangan yang kompleks. Jenazah yang tertimbun dalam kondisi material basah dan minim sirkulasi udara mengalami kerusakan alami, sehingga memperberat proses identifikasi dan meningkatkan risiko kesehatan bagi petugas.
Meski demikian, seluruh personel BNPB, Basarnas, TNI-Polri, PMI, Tagana, BPBD lintas daerah, pemerintah daerah, relawan, dukungan alat berat, hingga operasi modifikasi cuaca telah bekerja maksimal dengan standar keselamatan yang ketat.
Tim SAR Gabungan dan masyarakat setempat melakukan tabur bunga di lokasi longsor yang menelan 17 korban jiwa dan 11 korba yang hingga penutupan SAR tidak ditemukan [Foto:BNPB]Sebagai catatan, pada hari terakhir operasi, tim gabungan berhasil menemukan lima jenazah tambahan yang kini dibawa ke RSUD Banjarnegara untuk proses identifikasi. Dengan temuan ini, total korban meninggal dunia menjadi 17 orang, termasuk dua potongan tubuh manusia. Sementara 11 korban lainnya tidak berhasil ditemukan.
Doa Bersama dan Tabur Bunga
Sebagian besar keluarga dan kerabat korban hadir dalam prosesi penutupan operasi SAR, yang dilanjutkan dengan doa bersama dan tabur bunga di lokasi longsor. Dalam suasana yang penuh haru, mereka menunjukkan ketabahan luar biasa menerima hasil akhir operasi yang secara teknis sudah tidak memungkinkan diperpanjang.
Selain korban jiwa, bencana ini juga mengakibatkan empat warga luka-luka, 1.019 jiwa dari 343 KK mengungsi di lima lokasi pengungsian dan rumah warga.
Kerugian material mencakup 206 rumah roboh, termasuk dua unit masjid, satu musala, jalur antar desa sepanjang 800 meter tertutup material, saluran irigasi 670 meter terdampak, persawahan warga, lima ekor sapi dan 125 kambing, tiga warung sembako, 11 warung lainnya, serta 24 kolam ikan.
Dukungan terhadap Masyarakat Terdampak Tetap Berjalan
Meskipun operasi SAR telah ditutup, dukungan terhadap masyarakat terdampak tetap menjadi prioritas. BNPB menegaskan bahwa pendampingan psikososial, pemenuhan hak keluarga korban, serta bantuan administratif bagi keluarga korban yang belum ditemukan akan terus diberikan.
Layanan informasi dan dukungan dapat diakses melalui posko terpadu di Kecamatan Pandanarum.
Tahapan pemulihan wilayah terdampak kini menjadi fokus utama BNPB bersama Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan instansi terkait lainnya.
Langkah awal meliputi relokasi warga dari zona merah yang dinyatakan tidak aman untuk hunian, serta perataan rumah yang berada di wilayah rawan untuk mencegah risiko tambahan. Sebelum proses ini dilakukan, warga diberikan kesempatan untuk mengambil barang-barang penting mereka dengan pendampingan petugas.
Dalam waktu dekat, BNPB akan merampungkan penyediaan 50 hunian sementara (huntara) tahap awal, yang kemudian dilanjutkan dengan pembangunan hunian tetap (huntap) dalam perencanaan jangka menengah. “Targetnya, seluruh unit huntara rampung sebelum akhir Desember. Penyaluran santunan bagi keluarga korban sesuai ketentuan pemerintah juga akan segera dilaksanakan oleh Dinas Sosial,” ujar Abdul Muhari.