Pabrik Gula Kuasai Box Office Lebaran 2025: Ini 5 Fakta Menarik di Baliknya
Lifestyle

Lebaran 2025 menjadi momen kemenangan bagi film pabrik gula di tengah persaingan film horor yang memanas, karya terbaru Awi Suryadi ini melaju kencang di tangga box office.
Hingga Sabtu, 5 April 2025, Pabrik Gula sudah meraup hampir 2 juta penonton, menjadikannya pemuncak daftar film Lebaran tahun ini.
Film ini unggul jauh atas pesaingnya seperti Qodrat 2, Jumbo, Komang, dan Norma: Antara Mertua dan Menantu. Kesuksesan ini tak datang secara tiba-tiba. Ada banyak elemen menarik yang ikut membangun popularitas film ini—mulai dari strategi pemasaran, hingga koneksi emosional dengan penonton.
Baca Juga: Rilis Ulang Star Wars: Episode III Kacaukan Debut The Accountant 2 di Box Office
Berikut lima fakta menarik yang menjadi kunci keberhasilan Pabrik Gula:
1. Dua Versi, Dua Suasana: Jam Kuning vs Jam Merah
MD Pictures menerapkan strategi pemasaran unik dengan membagi film ini ke dalam dua versi berbeda: Jam Kuning dan Jam Merah.
Baca Juga: Film Animasi ‘Ne Zha 2’ Sukses Mengguncang Pasar Global
Jam Kuning adalah versi cut dengan kategori sensor 17+, lebih halus dan bisa dinikmati penonton remaja.
Sementara Jam Merah hadir dalam versi 21+, menampilkan adegan yang lebih intens dan menyeramkan.
Strategi ini terbukti efektif.
Banyak penonton penasaran dan tertarik untuk menonton keduanya guna merasakan perbedaan nuansa cerita yang ditawarkan.
2. KKN di Desa Penari: Formula Kesuksesan yang Diulang
Pabrik Gula seperti menghidupkan kembali formula sukses KKN di Desa Penari. Sutradara Awi Suryadi dan penulis skenario Lele Laila kembali berkolaborasi mengadaptasi utas viral dari Simpleman.
Mereka berhasil mengemas kisah horor urban yang penuh misteri dengan sinematografi yang mencekam—kombinasi yang sebelumnya menjadikan KKN di Desa Penari sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Kini, banyak yang bertanya: apakah Pabrik Gula mampu memecahkan rekor itu?
3. Merambah Layar Internasional
Tak hanya bergaung di dalam negeri, Pabrik Gula juga menembus pasar global. Film ini tayang di Amerika Serikat, mengikuti jejak Badarawuhi di Desa Penari.
Bahkan, gala premier film digelar di AS, menandakan keseriusan MD Pictures dalam menjangkau penonton mancanegara.
Produser Manoj Punjabi juga mengonfirmasi bahwa film ini tayang di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
4. Poster yang Picu Kontroversi
Sebelum perilisannya, Pabrik Gula sempat memicu kontroversi lewat teaser poster yang dirilis di media sosial. Poster tersebut menampilkan adegan seorang perempuan duduk di atas tubuh laki-laki yang terbaring—visual yang kemudian ditolak oleh Lembaga Sensor Film (LSF).
LSF menilai poster tersebut tidak pantas untuk konsumsi publik, terutama menjelang Lebaran. Namun, Manoj Punjabi membela diri dengan mengatakan bahwa poster tersebut hanya untuk promosi di media sosial dan tidak termasuk materi resmi bioskop.
5. Lokasi Syuting di Pabrik Gula Tua yang Nyata
Sesuai judulnya, film ini mengambil gambar di lokasi yang penuh aura mistis: pabrik gula tua yang sudah tidak beroperasi.
Sutradara Awi Suryadi mengatakan, lokasi utama syuting berada di dua tempat: pabrik gula di Cirebon, Jawa Barat, dan Gondang Winangoen di Klaten, Jawa Tengah.
Dua lokasi ini menawarkan suasana nyata dan autentik, memperkuat atmosfer horor dalam film.
Akhir Kata: Tren Horor yang Belum Padam
Kesuksesan Pabrik Gula membuktikan bahwa tren film horor di Indonesia masih kuat, terutama saat momen libur panjang seperti Lebaran.
Dengan cerita yang diangkat dari kisah viral, strategi promosi yang cerdas, dan distribusi yang menjangkau internasional, Pabrik Gula telah menciptakan standar baru dalam industri film horor lokal.
Kini, tinggal menunggu waktu untuk melihat apakah film ini bisa menyusul—atau bahkan melampaui—kesuksesan KKN di Desa Penari di tangga box office.