Penasehat Hukum Masinton Pasaribu Laporkan Waket DPRD Tapteng Terkait Hoax
Nasional

Tim Penasehat Hukum Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng), Masinton Pasaribu – Mahmud Efendi (MAMA) melaporkan Wakil Ketua dan anggota DPRD Tapteng, Camelia Neneng Susanti Sinurat dan Arimitara Halawa ke Polda Sumut.
Tim Penasehat Hukum MAMA melaporkan Camelia dan Arimitara ke Polda Sumut dengan nomor STTLP/B/1398/X/2024/ SPKT/POLDA SUMATERA UTARA.
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa Arimita dan Camelia menyebarkan informasi atau berita bohong (hoax) kepada publik melalui pemberitaan di media massa yang dinilai merugikan kliennya yaitu Masinton Pasaribu.
Baca Juga: Chat Audio Hacker di Grup WhatsApp Bisa Kuras Saldo Rekening? Ini Kata Pakar!
“Kita resmi melaporkan Bapak Arimitara Halawa dan Ibu Camelia Neneng. Kita menduga telah menyebar berita bohong atau hoax yang mengakibatkan pencemaran nama baik Masinton Pasaribu yang saat ini maju sebagai calon Bupati Tapanuli Tengah,” ungkap Joko Pranata Situmeang, Tim Penasehat Hukum MAMA, Rabu (9/10).
Joko Pranata mengungkapkan bahwa informasi yang disampaikan oleh Arimitara tidak sesuai dengan fakta. Di mana kliennya dikatakan menarik baju Camelia Neneng hingga kancing bajunya putus di lokasi kuliner di Kota Medan.
“Kita duga sengaja di dramatisir. Katanya bajunya ditarik hingga kancing baju lepas, padahal di sana banyak saksi yang melihat kejadian. Tidak ada kancing yang lepas. Makanya kita melaporkan Ibu Neneng ini,” katanya.
Baca Juga: Hina Presiden Jokowi, Seorang Pria Ditangkap Polres Rokan Hulu-Riau
Joko Pranata menerangkan bahwa di lokasi kejadian banyak saksi mata yang melihat apa yang terjadi. Ternyata, tidak ada aksi dari Masinton Pasaribu yang menarik baju Camelia.
“Aktingnya kurang rapi, karena di TKP ada Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut, Pak Rapidin Simbolon, ibu Sorta Siahaan, ibu Sarma Hutajulu, Disman Sihombing, Dennis Simalango dan masih banyak lagi. Tapi kok bisa ya kancing baju katanya copot, tapi orangnya opname. Sudah lah, sudahi semua sandiwara itu karena dapat merugikan diri sendiri,” tegas Joko.
Diketahui bahwa Camelia Neneng adalah Bendahara DPC PDIP Kabupaten Tapanuli Tengah. Sedangkan Arimitara adalah anggota DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah dari Fraksi PDIP.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Arimitara Halawa mengatakan bahwa mereka baru selesai mengikuti Rakerdasus yang digelar oleh DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara di Hotel Adimulia, Medan, Minggu 6 Oktober 2024.
Kemudian mereka mendatangi salah satu tempat kuliner durian ternama di Kota Medan. Di lokasi itu, Arimitara Halawa dan Camelia Neneng bertemu dengan Masinton Pasaribu.
“Pulang Rakernas kami pergi ke bolang durian, kami ke situ makan durian. Karena sudah malam, kami pamitan mau pulang, di situ ada Pak Masinton, ada sekretaris PDIP Tapteng,” ucapnya.
Singkat cerita, Camelia pamit pulang. Masinton Pasaribu kemudian memanggil beberapa orang kader PDIP dan menuding bahwa mereka tidak mendukung pencalonan atas dirinya sebagai calon Bupati Tapanuli Tengah.
“Pak Masinton kemudian memanggil kami ‘sini dulu kalian’. Setelah kami datang, kami ditanyai ‘kenapa kamu tidak tegak lurus’ dia tanya sama saya. Kenapa pak, saya bilang, ‘nggak usah kau bawa-bawa lambang PDIP itu, kalau kau tak mau jujur’, siap pak saya salah saya bilang gitu,” jelas Arimitara menirukan percakapannya dengan Masinton Pasaribu.
Kemudian, Masinton Pasaribu meminta korban untuk membuka seragam PDIP yang dikenakannya apabila korban tidak tegak lurus dengan perintah partai.
“Ibu Camelia didatangi sama Pak Masinton sambil bertanya, ‘kenapa kau tidak tegak lurus’, buka bajumu itu kalau kau tak mau tegak lurus,’” katanya sambil mencengkram baju korban sampai kancing bajunya putus.
Saat itu korban hanya terdiam setelah kancing bajunya terbuka dan beberapa saat kemudian korban histeris. “Waktu kami pamitan pulang, kakak (korban) ini macam histeris dia nangis, sambil telponan sama suaminya. Akhirnya suaminya minta untuk melapor ke polisi,” papar Arimitara.
Arimitara mengaku tidak mau mendukung Masinton Pasaribu sebagai Calon Bupati Tapanuli Tengah karena tidak ada komunikasi pada dirinya dan korban sendiri.
“Seolah-olah kami tidak mau mendukung perjuangan pak Masinton ini. Nah saya pribadi bukan saya tidak mau membantu hanya saja di samping saya anggota DPR, kan saya sibuk pulang kerja dan sudah ada pemberitahuan tentang kegiatan apa yang mereka lakukan setiap harinya,” jelas Arimitara.