Penelitian: Besar Belanja Protein Hewani Keluarga Indonesia Hampir Sama untuk Pengeluaran Rokok

Kesehatan

Rabu, 22 Januari 2025 | 23:06 WIB
Penelitian: Besar Belanja Protein Hewani Keluarga Indonesia Hampir Sama untuk Pengeluaran Rokok
(Pixabay @aalmeidah)

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pengeluaran belanja keluaga di Indonesia khusus untuk rokok cukup besar. Hal itu berpengaruh terhadap pengeluaran lain terutama dalam pemenuhan gizi keluarga.

rb-1

Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 diketahui bahwa pengeluaran belanja keluarga untuk rokok dan tembakau hampir setara dengan pengeluaran untuk protein hewani.

Menurut data tersebut, pada berbagai kuintil pengeluaran, persentase belanja untuk rokok dan tembakau cukup signifikan. Pada kuintil 1 tercatat pengeluaran sebesar 11,54%, kuintil 2 sebesar 13,39%, kuintil 3 sebesar 14,17%, kuintil 4 sebesar 14,30%, dan kuintil 5 sebesar 11,35%.

rb-3

Di sisi lain, pengeluaran untuk protein hewani, yang mencakup ikan, udang, cumi, kerang, daging, telur, dan susu, juga menunjukkan angka yang signifikan. Pada kuintil 1, pengeluaran untuk protein hewani mencapai 14,83%, kuintil 2 sebesar 16,27%, kuintil 3 sebesar 17,26%, kuintil 4 sebesar 18,41%, dan kuintil 5 sebesar 20,6%.

(Pixabay @sasint)

Tidak hanya rokok dan tembakau, tantangan di bidang gizi semakin kompleks dan beragam, termasuk masalah gizi kurang, kekurangan mikronutrien, serta overweight atau obesitas.

“Indonesia mengalami tiga masalah besar terkait gizi, yaitu gizi kurang (undernutrition), kekurangan mikronutrien, dan overweight atau obesitas. Salah satu masalah yang signifikan adalah stunting pada balita mencapai 21,5%, sehingga berpengaruh langsung terhadap kualitas sumber daya manusia kita,” ujar Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas Maria Endang Sumiwi.

Masalah gizi kurang pada balita tercatat 8,5%, sedangkan anemia pada remaja mencapai 16,3% dan anemia pada ibu hamil 27,7%. Selain itu, overweight pada remaja tercatat 12,1%, sedangkan obesitas pada orang dewasa juga menjadi perhatian serius.

(Pixabay @Engin_Akyurt)

Pola makan masyarakat Indonesia saat ini memunculkan kekhawatiran tersendiri. Konsumsi protein hewani pada balita masih rendah, yakni hanya 21,6%. Sementara itu, konsumsi minuman manis tinggi mencapai 52%, makanan asin 32%, makanan instan 11%, dan penggunaan penyedap rasa tercatat 78%. Bahkan, 65% masyarakat Indonesia cenderung tidak sarapan setiap hari.

Menurut dr Endang, data ini menunjukkan bahwa tantangan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia masih sangat besar. Salah satu upaya penting adalah mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung banyak gula, garam, dan lemak serta meningkatkan konsumsi makanan bergizi seimbang.

Tag konsumsi keluarga konsumsi rokok konsumsi keluarga indonesia

Terkini