Pengelola TNGM Berkomitmen Mengonservasi Dua Satwa Endemik yang Sudah Langka
FTNews - Pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM) bakal memprioritaskan satwa yang dilindungi di wilayahnya, yakni Elang Jawa dan Monyet warna abu-abu hitam putih.
Komitmen tersebut disampaikan Kepala Seksi Pengelolaan TNGM Wilayah I Kopeng, Chomsatun Rochmaningrum dalam agenda Sosialisasi Peraturan Hukum Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem di Aula Kantor Desa Kopeng, Selasa (30/1/2024) sore.
Dua hewan tersebut diketahui merupakan jenis satwa langka, yakni Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang semakin langka dan populasinya semakin sedikit. Kemudian monyet abu-abu hitam putih juga mengalami nasib serupa.
Baca Juga: Profil dan Fakta Kakek Tarman yang Nikahi Gadis 24 Tahun, Mahar Cek Rp 3 Miliar Palsu dan Kini Kabur
Lantara itu, Rohmatiningrum juga meminta kepada warga di Desa Kopeng berperan aktif dalam menjaga kelestarian hewan langka tersebut.
"Desa Kopeng menjadi salah satu dari tiga desa penyangga TNGM. Partisipasi warga sekitar taman nasional, sangat membantu kami melakukan upaya konservasi," katanya.
Sementara itu, Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Semarang Raden Roro Theresia Tri Widorini mengimbau warga agar mematuhi peraturan perlindungan satwa liar.
Baca Juga: Tragedi Salat Idul Fitri di Pemalang! Pohon Tumbang Timpa Jamaah, Tiga Orang Disebut Tewas
Selain itu, ia juga meminta kepada tokoh masyarakat untuk memberi contoh perilaku kepatuhan terhadap UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
"Di negara kita banyak sekali keanekaragaman hayati termasuk satwa langka. Namun praktik kejahatan terkait satwa jenis itu juga sangat banyak," ungkapnya.
Ia mencontohkan, masih ditemukan warga yang memperdagangkan satwa langka dilindungi dan bahkan memeliharanya tanpa izin dari pihak berwenang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang Moh Edy Sukarno juga mengingatkan warga, untuk terus menjaga kelestarian lingkungan.
"Ada tradisi merti desa atau merawat desa dengan lingkungannya yang telah mengakar di masyarakat Kita," katanya.