Perang Kamboja–Vietnam: Konflik Berdarah yang Mengubah Asia Tenggara
Perang Kamboja–Vietnam merupakan salah satu konflik paling menentukan di Asia Tenggara pada akhir 1970-an, meski sering luput dari sorotan publik.
Konflik ini bukan sekadar bentrokan perbatasan, melainkan perang besar yang berujung pada runtuhnya rezim Khmer Merah yang terkenal brutal.
Baca Juga: Kota Wisata Vietnam Tenggelam Akibat Banjir Besar
Perang ini berlangsung sejak 1978 hingga 1989 dan melibatkan kepentingan geopolitik regional serta kekuatan besar dunia dalam konteks Perang Dingin.
Awal Mula Perang Kamboja–Vietnam
Konflik bermula dari ketegangan perbatasan antara Kamboja dan Vietnam. Di bawah kepemimpinan Pol Pot, rezim Khmer Merah kerap melancarkan serangan ke wilayah Vietnam dan melakukan pembantaian terhadap warga sipil.
Baca Juga: Thailand Bom Kasino-Kasino di Kamboja, Korban Perdagangan Manusia Terancam
Puncaknya terjadi pada 25 Desember 1978, ketika Vietnam melancarkan invasi besar-besaran ke Kamboja. Kurang dari dua minggu kemudian, tepatnya 7 Januari 1979, pasukan Vietnam berhasil merebut Phnom Penh dan menggulingkan pemerintahan Khmer Merah.
Kejatuhan Khmer Merah dan Perang Gerilya
Meski kehilangan ibu kota, Khmer Merah tidak langsung hancur. Kelompok ini mundur ke wilayah terpencil dan melanjutkan perlawanan melalui perang gerilya selama bertahun-tahun.
Rezim Khmer Merah sendiri dikenal bertanggung jawab atas kematian sekitar 1,7 juta warga Kamboja, akibat kerja paksa, kelaparan, dan eksekusi massal—salah satu genosida terburuk abad ke-20.
Reaksi Dunia Internasional
Perang Kamboja–Vietnam memicu reaksi global yang terbelah:
Uni Soviet mendukung Vietnam dengan bantuan militer dan ekonomi.
China, sekutu Khmer Merah, mengecam invasi dan melancarkan serangan singkat ke Vietnam pada Februari 1979.
Amerika Serikat menentang invasi Vietnam dan tetap mendukung kursi Khmer Merah di PBB.
ASEAN mengecam pendudukan Vietnam dan menuntut penarikan pasukan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa berulang kali mengeluarkan resolusi agar Vietnam meninggalkan Kamboja.
Dampak Kemanusiaan yang Mendalam
Konflik ini meninggalkan luka kemanusiaan besar:
Ratusan ribu warga Kamboja mengungsi ke Thailand
Ranjau darat yang ditanam selama perang masih memakan korban hingga kini
Krisis pangan, kesehatan, dan infrastruktur melanda Kamboja selama bertahun-tahun
Pendudukan Vietnam yang berlangsung hampir satu dekade membuat proses pemulihan Kamboja berjalan sangat lambat.
Akhir Perang dan Jalan Menuju Perdamaian
Vietnam mulai menarik pasukannya pada 1989, dan konflik resmi berakhir melalui Perjanjian Perdamaian Paris 1991. Perjanjian ini membuka jalan bagi misi perdamaian PBB melalui pembentukan UNTAC.
Pada 1993, Kamboja akhirnya menggelar pemilu demokratis pertama setelah puluhan tahun konflik dan kekacauan politik.
Warisan Sejarah Perang Kamboja–Vietnam
Perang ini mengubah peta politik Asia Tenggara secara drastis. Konflik tersebut juga membuka mata dunia terhadap kekejaman Khmer Merah, yang kemudian diadili melalui Pengadilan Kejahatan Khmer Merah (ECCC) sejak 2006.
Selain dampak politik, perang ini juga menghancurkan generasi seniman, intelektual, dan warisan budaya Kamboja. Namun, ketahanan rakyat Kamboja menjadi simbol kebangkitan dari tragedi besar.
Perang yang Tak Terlupakan
Perang Kamboja–Vietnam bukan hanya konflik dua negara, melainkan titik balik sejarah Asia Tenggara. Dari genosida hingga intervensi militer, perang ini meninggalkan pelajaran penting tentang kemanusiaan, geopolitik, dan harga mahal sebuah konflik.
Meski telah berlalu puluhan tahun, dampaknya masih terasa hingga hari ini.